Senin 26 Oct 2015 16:05 WIB

Mungkinkah Tahun Ini Kebakaran Lahan Hutan Terakhir?

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Andi Nur Aminah
Turis berjalan di area Marina Bay Sands, Singapura, yang tertutup kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia (23/10).
Foto: EPA
Turis berjalan di area Marina Bay Sands, Singapura, yang tertutup kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog sekaligus Wakil Rektor Ibnu Khaldun Jakarta Musni Umar menegaskan bencana kebakaran hutan yang terjadi tahun ini, harus menjadi kebakaran hutan dan lahan yang terakhir. Mungkinkah hal itu bisa terwujud?

Dia mengatakan, apa yang terjadi saat ini, hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap alam. "Tiap tahun kita mengalami kebakaran hutan dan lahan, artinya kita tidak pernah serius menghentikan ini," ujarnya Senin (26/10).

Menurutnya, warga yang mengalami penderitaan akibat bencana asap bukan hanya yang berdomisili di Sumatra dan Kalimantan tapi juga Malaysia, dan Singapura. Korbannya juga bukan hanya manusia tapi juga orang utan dan berbagai satwa liar lainnya. Termasuk juga spesies tumbuh-tumbuhan.

Musni menegaskan, petani tak boleh lagi membuka lahan dengan cara membakar. Begitu pula perusahaan-perusahaan tak boleh lagi membakar lahan dan hutan untuk menanam sawit. Sebab bahaya yang ditimbulkan sangat luar biasa.

Sebelumnya, Presiden Jokowi sudah memerintahkan agar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) segera mencabut izin bagi perusahaan-perusahaan yang hutannya  terbakar. "Izin langsung dicabut dan diambil alih oleh negara," katanya.

Sedangkan terhadap izin pengolahan lahan gambut yang belum dilakukan juga segera diambil alih oleh negara. "Ini sudah saya perintahkan dan langsung dikerjakan," ujar Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement