Senin 26 Oct 2015 13:41 WIB

BMKG: Kualitas Udara Bukittinggi dalam Level Bahaya karena Asap

Perempuan mengendarai motor melewati kabut asap di Palangkaraya (23/10).
Foto: EPA
Perempuan mengendarai motor melewati kabut asap di Palangkaraya (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun GAW Koto Tabang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, melaporkan kualitas udara di Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, dan sekitarnya masih dalam level berbahaya.

Berdasarkan pantauan konsentrasi PM10 pada pukul 07.00 WIB di daerah tersebut, kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berada pada kadar pencemaran 447 ug/m3 dan termasuk kategori berbahaya, kata Kasi Meteorologi BMKG GAW Koto Tabang, Budi Satria saat dikonfirmasi dari Padang, Senin (26/10).

Pantauan terakhir satelit Terra & Aqua pada 26 Oktober pukul 06.00 WIB terdapat 129 titik panas yang tersebar di Pulau Sumatera. Titik panas saat ini ialah 123 titik di Sumatera Selatan (Sumsel) dan enam titik di Jambi.

"Jumlah ini berkurang dari minggu lalu 22 Oktober yang sempat mencapai 547 titik," kata dia.

Berkurangnya titik panas di Pulau Sumatera tidak berpengaruh pada kualitas udara pada Senin (25/10) karena titik panas dalam dua hari terakhir banyak. Ia mengatakan buruknya kualitas udara di daerah itu disebabkan angin berhembus dari selatan ke tenggara sehingga Sumbar menjadi salah satu daerah yang terimbas polusi kabut asap.

Peluang hujan pada Senin (26/10) diperkirakan pada Kepulauan Mentawai dan bagian barat Sumbar daratan, sedangkan bagian tengah dan timur masih memiliki potensi yang kecil. "Dampak kabut asap diprediksi menyebabkan penurunan kualitas udara sepanjang hari, terutama untuk bagian tengah dan timur Sumbar," ujar dia.

Selain itu, prospek kabut asap pada keesokan hari, Selasa (27/10) diperkirakan masih rendah peluang hujan dengan intensitas yang signifikan sehingga menyebabkan potensi kemudahan karhutla di bagian selatan Sumatera masih tinggi.

Salah seorang warga Bukittinggi, Imran (52)mengatakan kabut asap yang melanda daerah itu semakin pekat dari hari ke hari. "Jarak pandang terbatas sehingga perlu menghidupkan lampu kendaraan saat berkendara serta pekatnya kabut mengharuskan warga memakai masker saat keluar rumah," kata dia.

Ia berharap pemerintah segera menyelesaikan masalah kabut asap karena selain mempengaruhi kesehatan, juga berpengaruh pada pendidikan anak-anak yang sering diliburkan dalam beberapa pekan terakhir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement