REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kekerasan terus mewarnai dunia pendidikan Indonesia di seluruh tingkatan. Kasus ini tidak hanya berupa tawuran antar sesama siswa, tapi juga kekerasan dari para guru terhadap para siswa.
“Banyak sekolah di Indonesia yang terindikasi telah terjadi kekerasan di lingkungan sekolahnya, dan juga terlibat dalam tawuran pelajar di berbagai kota,” kata Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (Sekjen FSGI), Retno Listyarti, di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Jakarta, Ahad (25/10).
Retno berpendapat, terdapat beberapa sekolah yang diduga kuat memiliki budaya kekerasan. Kasus ini terutama terjadi sekolah-sekolah kota besar.
Sejauh ini, kata dia, kadar budaya kekerasan yang ada di sekolah-sekolah tersebut memang beragam. Namun hal ini tetap saja menunjukkan peningkatan kejadian maupun jenis kekerasannya. “Kejadian yang tadinya hanya dialami anak SMA kini sudah mulai merambah SD,” ungkap Retno.
Selain itu, Retno juga menjelaskan ihwal macam kekerasan yang kerap terjadi di sekolah-sekolah. Pertama, yakni kekerasan finansial yang berupa pemerasan atau pemalakan individu maupun kelompok. Pemalakan ini terjadi secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan kesiswaan.
Selanjutnya, lanjut dia, kekerasan fisik seperti berkelahi, tawuran dan pengeroyokan. Retno juga menambahkan, macam kekerasan berikutnya itu berkenaan denga kegiatan verbal semisal membentak, mengancam, melecehkan dan menghina.
Dengan banyaknya peristiwa kekerasan di dunia pendidikan, Retno bersama anggota FSGI lainnya menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan antikekerasan. Para guru juga perlu diberi pelatihan tentang cara mengatasi kekerasan di sekolah.