REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad tak sepakat dengan istilah kebakaran hutan. Ia lebih memilih mendefinisikan bencana yang terjadi sebagai akibat dari pembakaran hutan.
"Jadi mayoritas kebakaran terjadi memang karena dibakar. Pelakunya adalah korporasi," ujarnya dalam diskusi di Bilangan Menteng, Sabtu (24/10).
Dia menyebutkan pola pembakaran dilakukan dengan sangat sistematis. Dimana untuk mengecoh publik, dibuat seakan yang tertuduh adalah masyarakat adat. Korporasi, dikatakanya, mengutus orang bayaran untuk membakar hutan.
"Padahal menurut data kami, masyarakat adat yang membakar hutan di bawah satu persen," jelasnya.
Saat ini, ungkapnya, tren pembakaran hutan cenderung meningkat. Dimana daerah yang dulu tak pernah terbakar justru berada dalam kondisi yang sebeliknya.
Dia mencontohkan di Sulawesi dan Papua. Pembukaan perkebunan kelapa sawit di sana disebutnya begitu massif.