Sabtu 24 Oct 2015 17:17 WIB

PB PMII Nilai Bela Negara Sebagai Sebuah Jihad

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan arahan usai mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10).  (Republika/Wihdan)
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan arahan usai mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Ma'ruf menilai program bela negara laksana sebuah jihad.

“Jihad Bela Negara ini penting untuk terus dilakukan karena secara geografis Indonesia kaya akan sumber daya alam dan berada pada wilayah yang sangat strategis baik secara ekonomi, politik ataupun budaya,” kata Aminuddin dalam rilisnya kepada Republika.co.id, Sabtu (24/10).

 Posisi Indonesia yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional  serta berbatasan laut dan darat secara langsung dengan 10 negara, ujarnya, rentan terhadap sengketa perbatasan dan ancaman keamanan yang menyebabkan instabilitas dalam negeri sekaligus memiliki daya tarik dari negara-negara asing untuk menguasainya.

Dari dimensi ekonomi, penetepan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  bisa menjadi peluang sekaligus ancaman terhadap integrasi dan kedaulatan bangsa jika dalam masyarakat sipil bersama militer belum terbentuk mental bela negara.

“Oleh karena itu, upaya mencegah terjadinya disintegrasi bangsa baik karena ancaman ekonomi sosial budaya, atau ancaman penguasaan kawasan oleh asing dapat dicegah dengan peningkatan spirit persatuan, kualitas SDM dan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia dengan penanaman kembali spirit bela negara,” tegas Aminuddin.

Pada esensinya, Aminuddin menerangkan bahwa sejarah jihad bela negara sudah dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian disusul perlawanan santri terhadap Belanda pada 22 Oktober 1945 di Surabaya.

“Secara komprehensif antara masyarakat sipil baik dari kalangan akademisi, petani, santri, media sampai birokrasi harus bergerak bersama dengan  TNI-Polri atau dalam bahasa makronya antara negara dan agama harus terjadi sinergi dalam jihad mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement