Rabu 14 Oct 2015 14:58 WIB

Pemerintah Sebut Petani Sawit Korban Terberat Kebakaran Hutan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ilham
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.
Foto: Antara
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asap masih saja menyelimuti sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan hingga kini. Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) atau badan yang mengelola dana pungutan sawit menyatakan, justru petani sawit menjadi salah satu korban terberat dalam bencana kebakaran hutan kali ini.

Ketua BPDP, Bayu Khrisnamurthi menyebutkan, praktik pembukaan lahan dengan cara membakar lahan justru tidak memberikan untung besar bagi petani. Akibatnya, malah seperti saat ini, kebakaran dan bencana asap yang merugikan banyak pihak.

"Kami tidak ingin terlibat kontroversi benar salah siapa yang melakukan kebakaran hutan. Semua prihatin sangat banyak masyarakat petani sawit justru jadi korban paling berat. Ini merugikan kita semua, dari kami ambil sikap kalau salah silahkan ditindak, dari kami memaksimalkan usaha agar tahun depan tidak berulang lagi," ujar Bayu, kepada awak media, Selasa (13/10).

Bayu melanjutkan, sebagai langkah antisipasi BPDP akan menggalakan program 'Desa Sawit Tanggap Api'. Dalam program ini mereka juga melakukan kerja sama bersama dengan beberapa perusahaan sawit.

Saat ini, lanjutnya, baru ada sekitar 9 desa yang sudah masuk dalam program antisipasi pembakaran lahan ini. Desa-desa ini berada di kawasan perkebunan milik PT Asian Agri Grup.

"Saat ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan masyarakat. Saat ini ada 9 desa yang atas dukungan perusahaan sawit berhasil mencegah terjadinya kebakaran di wilayah desa‎," katanya.

Program ini ditargetkan untuk memberikan penyuluhan, penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat agar tidak membakar untuk membersihkan lahan.‎ Sebab, lanjut Bayu, tidak dapat dipungkiri membakar lahan sebelum bercocok tanam sudah menjadi budaya.

"Sembilan desa dilengkapi dengan alat pemadam api sedini mungkin. Diberikan fasilitas untuk memadam itu berikut mekanisme organisasi, bagaimana kalau ada kebakaran," ujarnya.

Bayu mengharapkan, program 'Desa Sawit Tanggap Api' ini dapat terus berkembang. Melibatkan perusahaan sawit dalam menjalankannya, ditargetkan pada tahun 2016 akan ada 100 desa serupa.

"Akan coba targetnya 100 desa untuk atasi api itu. Kami juga ajak perusahaan sawit untuk melakukan hal yang sama dan bisa dapatkan sebanyak mungkin terhadap desa-desa yang tanggap terhadap api," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement