REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ilmu Tafsir dan Hukum Islam Ahsin Sakho Muhammad, menilai pelecehan lambang agama Allah menjadi sebuah bentuk kekafiran kepada Allah. Terlebih jika yang dilecehkan adalah lafaz ‘Allah’.
“Allah adalah puncak dari semua wujud, puncak dari semua agama, puncak dari semua nilai. Jika Allah disimpan di kaki, luar biasa dosanya,” ujar Ahsin, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/10).
Ahsin menjelaskan, bahkan orang yang sengaja membuang mushaf Alquran ke tempat sampah dianggap telah murtad, sebab hal tersebut merupakan suatu bentuk pelecehan. Di Indonesia, kata dia, kasus penyalahgunaan lambang-lambang Islam dari tahun ke tahun terlihat semakin marak, entah dengan maksud sengaja ataupun tidak disengaja.
Salah satunya kasus ditemukannya lafaz ‘Allah’ di bagian bawah sandal produksi PT Pradipta Prakarsa Makmur, di Gresik, Jawa Timur. “Orang tidak akan menampikan satu tanda kecuali dia tau tanda itu tanda apa,” jelas Ahsin.
Sementara itu, pemilik PT Pradipta Perkasa Makmur sebagai perusahaan yang memproduksi sandal bertuliskan lafaz ‘Allah’ menyatakan permohonan maaf kepada umat muslim. Wawah melalui putranya Long Hua mengaku tak mengetahui mesin cetak yang digunakan untuk produksi sandal merek Glasio dan Clarudo.
“Kami memohon maaf kepada seluruh umat muslim se-Indonesia. Ini merupakan ketidaksengajaan perusahaan kami,” tutur Long Hua usai menyerahkan sepuluh ribu pasang sandal sisa produksi yang belafadz Allah kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul ‘Ulama (PWNU) Jatim pada Selasa (13/10) siang.
Long Hua mengatakan pencetakan desain dan mesin desain sepenuhnya diperoleh dari Cina. Kendati demikian Long Hua berjanji akan mengganti mesin cetak sandal sekaligus menarik sandal yang telah beredar dipasaran.