REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Menteri Pemberdayaan Anak dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengungkapkan angka pernikahan usia dini di Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat tinggi. Sehingga kementerian memprioritaskan penyelesaian masalah tersebut agar angka tersebut bisa turun.
“Di NTB, masalah yang dihadapi perempuan adalah pernikahan usia muda. Jadi, itu membuat saya dan kementerian menganggap masalah tertinggi di NTB,” ujarnya kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja di Kota Mataram, Kamis (8/10).
Kebanyakan, ia menuturkan, mereka yang menikah di usia dini tidak akan berlangsung lama. Bahkan, dalam waktu yang relatif cepat misal seminggu sudah ada yang cerai. Oleh karena itu, dirinya mendorong agar ada pelatihan-pelatihan kepada perempuan.
Salah satu yang bisa dilakukan, menurutnya, dengan menyelenggarakan pelatihan bagi perempuan yang sudah tamat SMA dan berniat menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Dengan itu, maka diharapkan angka pernikahan usia dini bisa ditekan.
Sebelumnya, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Bencana (BP3AKB) Nusa Tenggara Barat Wismaningsih mengklaim angka kekerasan terhadap anak dan perempuan pada 2015 relatif menurun. Dibandingkan pada tahun 2014 dan 2013 lalu.