REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku heran dengan kondisi rakyat Indonesia yang belum sejahtera. Saat ini, ia menilai 20 persen rakyat Indonesia memang sudah mendapat kehidupan yang baik dengan indikator memiliki rumah, bisa liburan, hingga mampu menyelokahkan anaknya.
"Tapi 80 persen rakyat kita yang paling bawah belum bisa merasakan arti kemerdekaan, makan aja susah apalagi sekolahin anak," ujarnya saat memberikan Orasi Ilmiah Dies Natalis 57 Universitas Jayabaya di Balai Sudirman, Jalan Sahardjo, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (8/10).
Tugas kita semua, kata dia, bagaimana mengubah hal ini agar 80 persen masyatakat yang belum sejahtera mampu menikmati arti kemerdekaan sesungguhnya. Keheranan tersebut, lanjutnya, tidak sesuai sengan kondisi bangsa Indonesia yang ia nilai negara yang memiki kekayaan luar biasa
"Kita harus bedakan dulu indikatornya. Kalau ekonomi umum kan dari pendapatan per kapita dan lain-lain, itu penting tapi buat rakyat ada indikator yang lebih baik yaitu bagaimana Human Development Index (HDI) dibanding negara lain," lanjutnya.
Dari HDI atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ia menambahkan, harus dilihat juga apakah rakyat Indonesia telah tercukupi dari sisi fasilitas kesehatan, pendidikan, akses terhadap rumah, air bersih, dan protein. Hal tersebut yang sesungguhnya digunakan untuk mengukur kesejahteraan rakyat.
"Indonesia pertumbuhan ekonomi sedang, 5 atau 6 persen, belum pernah tinggi, dari segi IPM, kita paling rendah, Thailand, Singapura, dan Malaysia lebih tinggi, makanya banyak WNI kerja dinegara-negara itu, karena IPM-nya lebih tinggi," katanya menegaskan.