REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat mengusulkan nama Sunan Gunung Jati sebagai nama Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Menurut Sultan, nama Sunan Gunung Jati dinilai lebih merepresentasikan Jawa Barat secara keseluruhan.
Menurutnya, meski Sunan Gunung Jati dulu adalah sultan di Kesultanan Cirebon, namun dia juga cucu Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. "Sunan Gunung Jati juga penyebar agama Islam di Jawa Barat," kata Sultan kepada Republika.co.id, Rabu (7/10) malam.
Sultan menambahkan, Sunan Gunung Jati dulu juga berperan besar mengusir penjajahan Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) melalui menantunya, Fatahillah. Sunan Gunung Jati pun menjadi pionir dalam toleransi keragaman, agama, budaya, dan etnis.
Tak hanya itu, lanjut Sultan, Sunan Gunung Jati merupakan pionir pembangunan infrastruktur di Jawa Barat. Di antaranya membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa, membangun Keraton Cirebon, membangun Keraton Banten, dan membangun poros jalan Keraton Kasepuhan-Astana Gunung Jati.
"Sunan Gunung Jati adalah pionir perdagangan dunia antara Cirebon, India, Persia, Cina, sehingga nama Sunan Gunung Jati sudah dikenal di seluruh Indonesia dan dunia," terang Sultan.
Dalam kesempatan terpisah, sejumlah tokoh di Kabupaten Majalengka juga mengusulkan nama untuk BIJB Majalengka. Adapun nama yang diusulkan adalah Ki Bagus Rangin, yang saat ini sedang diusulkan menjadi pahlawan nasional.
"Nama Ki Bagus Rangin untuk BIJB sangat tepat sekali," ujar seorang budayawan Majalengka, Rahmat Iskandar.
Berdasarkan catatan sejarah, Ki Bagus Rangin memimpin perlawanan masyarakat Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) dan sekitarnya terhadap pemerintah kolonial Belanda, selama kurun waktu 1811–1818. Pria kelahiran Majalengka itu bahkan membuat Belanda kewalahan dan mengalami kerugian yang besar.
Namun, perjuangan Ki Bagus Rangin harus berakhir setelah Belanda berhasil menangkapnya. Dia dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya. "Tempat pertempuran terakhir Ki Bagus Rangin sebelum akhirnya ditangkap Belanda itu di sekitar lokasi BIJB di Kertajati," terang pria yang juga menjadi dosen di Universitas Majalengka (Unma) itu.