REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Jenderal Ahmad Yani, Amelia Yani mempertanyakan rencana permintaan maaf pemerintah atas peristiwa tragedi 1965. Ia menegaskan bukan hanya keluarga anggota dan terduga PKI yang menjadi korban dalam masa itu.
Putri ketiga salah seorang Pahlawan Revolusi itu mengaku tidak begitu mengerti mengenai kabar jika pemerintah akan meminta maaf atas peristiwa 1965.
Ia hanya menegaskan, yang menjadi korban bukan hanya keluarga anggota PKI atau orang-orang yang diduga simpatisan partai itu saja.
Namun ia, keluarganya, serta keluarga korban pembantaian dari PKI sebelum meletusnya peristiwa Gerakan 30 September juga masuk dalam kategori korban.
"Minta maaf itu ke siapa, karena kami juga korban," katanya dalam sebuah acara talkshow di sebuah televisi nasional, Jakarta, Selasa (29/9) malam.
Amelia yang tergabung dalam salah satu forum silaturahim yang mempertemukan anak-anak dari para tokoh bangsa, termasuk anak-anak dari PKI, mengungkapkan pada awalnya memang tidak mudah untuk bersama mereka, yang merupakan keluarga dari orang yang membunuh ayahnya.
Namun, nasib para keluarga PKI yang keberadaaan orang tuanya sulit untuk ditemukan, membuatnya berpikir ulang tentang hal tersebut.
Ia menyadari kalau kesedihan mendalam juga pasti melanda para keluarga PKI, yang sebenarnya tidak tahu menahu soal peristiwa G 30 S/ PKI, tetapi sulit untuk menemukan orang tuanya, atau bahkan makamnya kalau mereka telah dieksekusi.
Hal itulah yang membuatnya bersimpati kepada para keluarga PKI, yang ia sadari betul juga merasakan kepahitan setelah peristiwa tersebut.
"Sama saja perasaannya, sama sakitnya," ujarnya.
Amelia menerangkan kalau ia dan para anak-anak Jenderal lain yang menjadi korban pembantaian G-30 S PKI, sudah bisa memahami satu sama lain, termasuk kepada para keluarga dari PKI.
Menurut Amelia, Indonesia tidak bisa terus-menerus seperti ini melihat peristiwa masa lalu. Ia menekankan kalau Indonesia harus sembuh dan menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.