REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak kabut asap akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera terhadap kesehatan masyarakat semakin parah. Data terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut terjadi peningkatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) sebanyak lima persen di wilayah terdampak asap kebakaran hutan.
"Tapi asap tidak menyebabkan kanker seperti yang diisukan belakangan ini, yang membuat kanker itu asap rokok," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkes Untung Suseno Sutarjo pada acara Jumpa Pers Menteri LHK tentang Progres Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia di kantor KLHK pada Jumat (18/9).
Asap kebakaran hutan, lanjut dia, memang berbahaya bagi kesehatan. Terlebih itu akan sangat mengganggu bagi orang-orang yang sebelumnya mengidap penyakit pernapasan semisal asma dan bronkitis. Namun, belum ada penelitian yang menyebut ia menyebabkan kanker.
Sejak ditetapkan sebagai kawasan darurat asap, Kemenkes telah mengirimkan tim untuk meninjau keadaan dan lingkungan di Riau. Kemudian, per hari ini kemenkes memberikan bantuan paket gizi sebanyak 1,5 ton. Paket gizi disebabkan asap sudah mengganggu pergerakan masyarakat membeli barang kebutuhan masyarakat. Toko-toko tutup dan masyarakat tidak bisa keluar rumah.
Dikirimkan pula 1,5 ton obat terhadap warga serta sejumlah posko kesehatan di dekat permukiman. "Tenaga kesehatan, kita kirim doker spesialis paru-paru dan penyakit dalam dan anak juga tenaga ahli sanitasi," ujarnya.