REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkait upaya pembebasan sandera WNI di Papua Nugini (PNG), TNI masih akan menunggu hasil negosiasi yang dilakukan pemerintah PNG dengan para pelaku penyanderaan, yang diduga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata pimpinan Jeffrey Pagawak.
Menurut Kapuspen TNI Mayjen Endang Sodik, tenggat yang diberikan untuk bisa mencapai kata sepakat dalam negosiasi itu adalah pada pukul 12.00 siang waktu setempat, hari ini. Jika dirasa gagal, tentara PNG akan melakukan upaya-upaya pembebasan sandera.
Namun, Kapuspen menyebutkan, TNI selalu siap jika sewaktu-waktu diminta untuk terjun langsung dalam upaya pembebasan sandera WNI tersebut. Berbagai satuan di pasukan-pasukan elite TNI, seperti di Kopassus TNI AD, Detasemen Bravo (Denbravo) Pasukan Khas TNI AU, dan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Kopaska TNI AL siap untuk operasi-operasi pembebasan sandera.
"Semua pasukan kami siap, pasukan pembebasan sandera, apa pun bentuknya, kami siap. Jadi dont worry, pokoknya siap," ujar Endang.
Bahkan, Kapuspen mengungkapkan, sebenarnya dalam melakukan operasi penumpasan kelompok bersenjata, pasukan-pasukan elite tersebut bisa menyelesaikannya dalam hitungan menit. Terlebih jika melihat pelakunya yang diketahui hanya berjumlah empat orang.
Namun, ada beberapa faktor yang membuat TNI harus berhati-hati, seperti faktor keselamatan sandera dari WNI dan lokasi penyanderaan yang berada di wilayah kedaulatan Papua Nugini. Prajurit TNI juga tidak bisa begitu saja langsung turun. TNI masih akan menunggu koordinasi antara pemerintah Indonesia dan pemerintah PNG.
"Tidak bisa dong (langsung), ini kerja sama Army to Army. Jadi harus Goverment to Goverment (G to G), pemerintah dengan pemerintah. Kalau sudah oke, baru TNI bisa masuk. Ini kan lintas negara," tutur Kapuspen.
Endang menambahkan, untuk lokasi penyanderaan, pihak tentara PNG sudah melakukan pemetaan dan mengetahui lokasi penyanderaan tersebut, yang letaknya di sekitar wilayah Keerom, Papua Nugini.
Sebelumnya, dua WNI, yaitu Sudirman dan Badar disandera kelompok bersenjata di Papua Nugini. Pelaku penyanderaan diketahui bernama Jeffrey Pagawak, yang memang sudah masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) Kepolisian sejak 2006 dan diduga kuat terlibat dalam insiden Abepura Berdarah pada 2012 silam.