REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Peningkatan penderita HIV-Aids bukan hanya disebabkan dari penggunaan jarum suntik menikmat napza dan pergaulan bebas dari penjaja seks komersial. Pertumbuhan penderita HIV-Aids kali ini timbul dari permasalahan penderita Homoseksual. Penyakit yang biasa disebut dengan lelaki suka lelaki (LSL) kian menambah banyak angka penderita HIV-Aids di Indonesia
Sekertaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Nasional Kemal Siregas mengatakan, prevalensi di Indonesia memang tidak terlalu banyak. Kalangan kunci ini terbagi menjadi tiga yaitu, pengguna napza, wanita pekerja seks komersial dan terakhir ada kalangan kunci dari kaum LSL.
Sampai saat ini KPA bersama berbagai komunitas dan pemerintah pusat telah mampu menjaga peningkatan penderita HIV-Aids dari kalangan pengguna napza dan wanita pekerja seks komersial. Untuk pengguna napza, pemerintah berhasil menurunkan angka HIV-Aids. Sementara penderita HIV-Aids dari wanita pekerja seks komersial angkanya mampu distabilkan mencapai 8-9 persen.
"Sayang untuk LSL memang belum mampu kami tanggulangi secara baik. Bahkan setiap tahun penderita dari kalangan ini terus meningkat mulai dari 6 persen, naik ke 8 persen dan sekarang berada di angka 12 persen. Ini memang menjadi perhatian khusus," ujar Kemal, Kamis (10/9).
Penyebab peningkatan angka dari kalangan ini, menurut Kemal, bisa disebabkan perkembangan ekonomi yang membuat mobilitas masyarakat cukup tinggi. Tingkat kesenjangan ekonomi dan faktor sosial pun mampu menjadikan lelaki memiliki penyimpangan cukup aneh karena suka kepada sesama jenis.
Namun Kemal menggaris bawahi bahwa permasalah suka sesama jenis ini lebih berbahaya karena mampunyai resiko cukup tinggi dalam hal kesehatan. Terlebih jika kalangan ini melakukan hubungan seks secara tidak aman.
Untuk itu, permasalahn LSL ini akan menjadi program utama KPA dalam perbincangan di pertemuan nasional Aids ke-5 Oktober mendatang. Harapannya peningkatan penderita HIV-Aids dari kalangan ini bisa tertanggulangi dengan baik sehingga peningkatannya bisa ditekan.