Selasa 01 Sep 2015 20:45 WIB

Dolar Menguat, Harga Barang Elektronik Melambung

Rep: C34/ Red: Yudha Manggala P Putra
Penjual barang elektronik menunggu pembeli di Pusat penjualan elektronik, Jakarta, Selasa (10/3)
Foto: Republika/Prayogi
Penjual barang elektronik menunggu pembeli di Pusat penjualan elektronik, Jakarta, Selasa (10/3)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah barang elektronik di Kota Bogor mengalami kenaikan harga akibat melemahnya rupiah terhadap dolar. Konversi dolar lama ke dolar baru menjadi penyebab melambungnya harga.

Muzakkir, pemilik sejumlah perusahaan retail bidang IT di Kota Bogor mengatakan, kenaikan harga dimulai sejak 1 Juli 2015. "Saat 1 Juli sudah ada kenaikan 2,5 sampai 10 persen," kata Muzakkir, Selasa (1/9).

Pasalnya, ungkap Muzakkir, semua vendor masih nenggunakan dolar sehingga pengusaha harus mengonversi dolar ke rupiah. Terlebih, rate yang digunakan untuk penjualan laptop, komputer, handphone, dan produk-produk IT lain itu lebih tinggi daripada harga dolar di pasaran.

Dan sesuai amanat Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Republik Indonesia, masyarakat dan pelaku usaha harus menggunakan mata uang rupiah dalam setiap transaksi.

Muzakkir mencontohkan, ketika nilai tukar satu dolar sama dengan Rp 13.300, vendor mematok harga yang lebih aman, yakni Rp 13.500 sampai Rp 14 ribu. Saat rupiah terhadap dolar melejit ke angka Rp 14 ribu, vendor menggunakan patokan Rp 14.200 hingga Rp 14.500.

"Vendor berjaga-jaga, sebab tidak ada jaminan angka akan bertahan, naik, atau turun," ujar Ketua Umum BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Bogor itu.

Muzakkir melanjutkan, kebijakan tiap vendor berbeda-beda. Sebagian merevisi perubahan rate setiap dua minggu, sebulan, tiga bulan, hingga enam bulan.

Sebagai pengusaha retail, Muzakkir tentu menyesuaikan tarif dari vendor sehingga harga semakin melambung. Ia menginformasikan, kenaikan harga itu menurunkan penjualan retailnya hingga 40 persen. "Pengaruh pasti, dengan kenaikan harga daya beli masyarakat akan berkurang," tuturnya.

Selain itu, Muzakkir juga berkecimpung dalam proyek pemerintahan. Sampai saat ini, ia tak optimistis apakah proyek-proyek yang tersisa bisa rampung hingga akhir tahun.

Pasalnya, Pemerintah Kota Bogor belum terlalu banyak menyerap anggaran, yang berkisar antara 20-30 persen. Kans penyerapan anggaran lebih dari 70 persen dalam empat bulan yang tersisa hingga akhir tahun 2015 dinilai tak meyakinkan.

"Harapannya, pemerintah bisa gerak cepat beri stimulus-stimulus baru yang membuat penyerapan anggaran lebih cepat, sehingga akan berimbas ke perbaikan ekonomi," tutur Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO) itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement