REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Kebakaran lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, belum sepenuhnya berakhir meski hujan deras mengguyur hampir merata dalam beberapa hari terakhir di wilayah itu.
"Tadi di sisi jalan Sampit-Kotabesi mulai terlihat lagi asap akibat kebakaran lagi. Hujan beberapa kali terakhir ternyata belum bisa benar-benar memadamkan api. Tanah di sekitar sini kan gambut tebal, jadi apinya sampai ke dalam tanah," Suryadi, warga Baamang di Sampit, Ahad.
Jika hujan tidak turun, masyarakat khawatir kebakaran lahan kembali marak sehingga menimbulkan kabut asap yang mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.
Saat kemarau, gambut sangat kering dan mudah terbakar. Kebakaran lahan gambut cukup sulit dipadamkan karena api membakar sampai ke dalam tanah sehingga api terus menjalar meski di permukaan tanah sudah dipadamkan.
Kendala lain, lokasi kebakaran lahan sebagian cukup sulit dijangkau karena jauh dari badan jalan. Kebakaran lahan di Sampit banyak terjadi di Jalan Tjilik Riwut ruas Sampit-Kotabesi, Jalan Jenderal Sudirman, Pramuka serta jalan lingkar Utara dan Selatan.
Pantauan satelit menyebutkan, titik panas di Kota Waringan Timur pada Minggu kembali meningkat menjadi 23 titik.
Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding pada Sabtu (29/8) yang hanya sebanyak tiga titik yang semuanya terpantau di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
"Hotspot (titik panas) di Kotim terpantau 23 titik. Sebarannya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan 11 titik, Baamang 4 titik, Mentara Hilir Utara 2 titik, Seranau 1 titik dan Teluk Sampit 5 titik," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni.
Masyarakat diingatkan tetap mewaspadai kebakaran lahan dan asap karena potensinya masih cukup tinggi.