REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Center for International Forestry Research (CIFOR) mengingatkan segenap pemerintah daerah (pemda) untuk bersiap menghadapi elnino yang puncaknya akan terjadi September-Oktober mendatang.
Ilmuwan CIFOR, Hery Purnomo mengatakan sejumlah daerah rawan kebakaran hutan, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan harus menghindari pembakaran lahan.
"Pemda harus 'zero tolerance' menindak pihak yang menggunakan api untuk persiapan lahan," kata Hery dalam sebuah diskusi bersama awak media di Bogor, belum lama ini.
Hery memaparkan bahwa elnino berdampak pada kekeringan akibat meningkatnya suhu di Samudera Pasifik. Ini kemudian menarik uap air dari Indonesia, sehingga air tersebut turun berupa hujan di Pasifik dan Amerika Latin.
"September-Oktober adalah puncaknya," tambahnya.
Hery memberikan empat langkah yang perlu dilakukan pemda menghadapi elnino. Pertama, menyiapkan tim terpadu penanggulangan akibat kebakaran. Kedua, bekerja sama dengan TNI sebagai solusi jangka pendek untuk memadamkan api.
Ketiga, memboikot para pemilik sawit dan sawit yang diproduksi dari hasil pembakaran lahan. Keempat, melarang total penggunaan api untuk lahan pertanian sebab sekecil apapun penggunaan api untuk persiapan lahan akan berakibat fatal jika dilakukan pada puncak elnino.
Beberapa daerah di Indonesia selama ini selalu menjadi sorotan dunia karena masalah kebakaran hutan yang terjadi berulang setiap tahunnya. Asap kebakaran hutan di Riau biasanya berdampak ke Singapura, sementara Sumatera Selatan berembus ke Malaysia.