REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Golkar Mukhamad Misbakhun menyebut Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono mengalami gejala post power syndrome. Hal tersebut terkait pidato SBY yang memberikan saran kepada pemerintahan Jokowi-JK dalam menghadapi krisis ekonomi.
"Saya kaget. Kalau saya melihat SBY ada gejala post power syndrome. Merasa dirinya masih presiden," kata Misbakhun di gedung DPR, Jakarta, Jumat (28/8).
Anggota Komisi XI DPR itu menilai, mestinya, SBY menggunakan posisinya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat untuk menyampaikan saran tersebut. Saran, lanjutnya, dapat disampaikan melalui fraksi di DPR yang merupakan kepanjangan tangan partai.
"Mekanismenya sampaikan saja ke fraksi. Kan ketua Umum partai. Walaupun beliau mantan presiden tapi kan beliau Ketum partai, punya anggota DPR dan fraksi di DPR," ujarnya.
Meski begitu, Misbakhun mengakui, sebenarnya, saran tersebut wajar saja disampaikan. Namun, dari segi etika politik, ia menilai penyampaian di muka umum sedikit kurang tepat.
"Sebagai warga negara sah saja tapi proporsinya jangan terlalu kelihatan punya penglaman," kata Misbakhun.
Sebelumnya, Presiden keenam SBY berbagi resep kepada Presiden Jokowi untuk mengatasi perlambatan ekonomi. Ia menyebutkan, pemerintah harus terus menjaga pertumbuhan dan mengorientasikan semua kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pemerintah harus segera melakukan stabilisasi harga dan menjaga nilai tukar rupiah. Pemerintah pun, lanjutnya, perlu mewaspadai dampak dari perlambatan ekonomi, yakni adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Terakhir, SBY meminta pemerintah untuk menjaga kondisi fiskal dan kepercayaan publik saat kondisi ekonomi sedang terpuruk.n