REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekuatan militer Indonesia mendapat pengakuan tiga jenderal yang targabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu terjadi dalam sebuah diskusi dengan mahasiswa, yang bertanya tentang penempatan marinir AS di Darwin, Australia, apakah berkaitan untuk menekan Indonesia.
Jenderal Tommy Franks, salah satunya yang memimpin operasi penumpasan Taliban di Afganistan menjawab, banyak risiko yang harus ditanggung kalau marinir AS 'menyerang' Indonesia. Pasalnya, kalau menyerang Indonesia, tidak hanya menghadapi TNI beserta pasukan khususnya saja, melainkan juga seluruh rakyatnya. Hal itu diceritakan Menhan Ryamizard yang mendapat informasi video percakapan tersebut dalam berbagai kesempatan saat temu wartawan di Kemenhan.
Ketika dikonfirmasi ulang, Ryamizard menjawab diplomatis tentang percakapan tiga jenderal tersebut yang memuji kekuatan militer Indonesia. Menurut dia, tentara AS pasti berpikir berkali-kali kalau gegabah mengganggu Indonesia.
"Bukan tidak mau (menyerang), nanti mereka marah. Jadi kalaju perang di sini, dia (AS dan NATO) akan berpikir, yang berperang bukan tentara saja, tapi seluruhnya karena menganut sistem perang semesta," kata Ryamizard kepada Republika Online, Rabu (26/8). (Baca: Percakapan Tiga Jenderal NATO yang Ketakutan dengan Kekuatan TNI).
Menurut dia, bela negara yang menjadi sistem pertahanan bangsa Indonesia demi menjaga kedaulatannya secara tidak langsung melibatkan seluruh rakyat ketika kondisi negara terancam. Karena itu, kalau ada serangan fisik maka tidak hanya TNI yang bergerak, kader bela negara yang berjumlah 100 juta orang bisa ikut bergerak.
"Siapa pun yang mau berbuat di sini, mikir-mikir melawan 250 juta orang (penduduk Indonesia). Itu tidak main-main menembak, pelor-pelor pun tak akan cukup," kata mantan KSAD tersebut.
Dia mencontohkan, Israel yang berpenduduk sekitar 7 juta orang sanggup bertahan, meski ancaman datang dari kiri dan kanannya. Hal itu terjadi karena seluruh rakyatnya siap bersatu membela negara. "Kalau mereka tidak kuat, bisa terdorong ke laut"
Ryamizard melanjutkan, kalau saja seluruh warga Indonesia sadar dengan bela negara, dapat dipastikan tidak ada negara yang berani mengganggu NKRI. "Kalau saja 50 juta atau 100 juta (siap bela negara), bangsa Indonesia tidak akan goyah. Berapa puluh pun bangsa menyerang kita, kita akan tetap eksis," kata mantan panglima Kostrad itu.