Selasa 25 Aug 2015 13:18 WIB

Majukan Desa Tertinggal dengan Model Saemaul Undong

Salah satu desa tertinggal di Kalimantan.
Foto: Antara
Salah satu desa tertinggal di Kalimantan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Republik Korea untuk melakukan transfer ilmu dan teknologi guna membangun desa tertinggal di Indonesia. Menteri Desa, Pembangunan daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar mengatakan, desa-desa di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal.

Karena itu, kerjasama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa. "Kita arahkan agar ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat bisa mandiri mengelola potensi desa yang ada," ujarnya saat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea, Chung Chae Gun di Jakarta, Selasa (25/8).

Ada lima poin yang ditandatangani dalam kerjasama itu, meliputi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia; Kerjasama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan model pemberdayaan masyarakat, seperti Saemaul Undong (Gerakan Desa Baru).

Kemudian program peningkatan infrastruktur, ekonomi, social dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis.

Marwan menjelaskan, kerja sama tersebut akan memperkuat hubungan antara bilateral Indonesia dan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. "Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua negara," ujar mantan ketua fraksi PKB DPR tersebut.

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama sejak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika Presiden Republik Korea, Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia.

Kerja sama memuat 32 item di bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum. Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Cina, Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement