Ahad 23 Aug 2015 14:00 WIB

Ulama: Agama Jangan Dibawa untuk Kepentingan Politik Praktis

Perwakilan partai politik mendeklarasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Taman Menteng, Jakarta, Jumat (6/6)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Perwakilan partai politik mendeklarasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Taman Menteng, Jakarta, Jumat (6/6)

REPUBLIKA.CO.ID, WAYKANAN -- Ketua Lembaga Persatuan Tokoh Islam Walisongo Kabupaten Waykanan, Lampung, KH Rofi'ul Bashori Annashih mengingatkan agama tidak dibawa-bawa untuk kepentingan politik praktis.

"Politik ya politik. Jamaah jangan dikotak-kotakkan," ujar KH Rofi'ul Bashori Annashih yang mengasuh Pondok Pesantren Roudhotul Mutaqin di Kampung/Kecamatan Bumiagung Kabupaten Waykanan, sekitar 220 km sebelah utara Kota Bandarlampung, Ahad (23/8).

Salah satu petinggi Nahdlatul Ulama (NU) di Waykanan itu menganalogikan, seorang suami tidak suka jika istri tercintanya dijelek-jelekkan. "Gambarannya seperti itu, semua punya pilihan masing-masing, sehingga jangan saling menyalahkan karena berbeda pilihan atau jago dalam pilkada," kata Kiai Bashori terkait dimintai pandangannya menjelang pemilihan kepala daerah secara serentak termasuk di Provinsi Lampung pada 9 Desember 2015.

Pada 27 Juli 2015, dua pasangan calon bupati dan wakil bupati mendaftar ke KPU Waykanan, yaitu pasangan Bustami Zainudin dan Adinata (Adin Bustami) yang diusung PDI Perjuangan, Gerindra, NasDem, dan PKB yang mendaftar siang hari.

Lalu, Raden Adipati Surya dan Edward Anthony (Berani) yang diusung Demokrat, Hanura, PKS, dan PAN mendaftar pagi hari. "Urusan agama jangan dibawa-bawa ke politik. Jemaah mau memilih satunya silakan, mau memilih satunya lagi ya boleh. Ulama harus menghargai pilihan masing-masing jemaah dan umat, tidak boleh mengintervensi jemaah," ujar pengasuh pondok pesantren yang menanamkan pepatah "aja eker-ekeran, sing padha rukun" (jangan saling cakar-cakaran, yang guyub rukun).

Aktivis Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia) Lampung, I Gede Klipz Darmaja, juga berharap agama tidak dibawa berpolitik. Menurut dia, tokoh agama harus berpolitik secara dewasa dan santun.

"Tokoh agama tidak dipungkiri dalam hal politik masih menjadi rujukan umat, karena itu harus terlibat aktif membuat suasana sejuk. Jika ada dua tokoh agama mempunyai pilihan berbeda, tidak perlu membenturkan umat. Sekali lagi, agama tidak perlu dibawa berpolitik, itu tidak pas," katanya pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement