Jumat 21 Aug 2015 23:04 WIB
Rusuh Kampung Pulo

Ketika Kampung Pulo Membara

Rep: C21/ Red: Ilham
Sebuah alat berat merobohkan sejumlah bangunan permukiman padat di bantaran sungai Ciliwung di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/8).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Sebuah alat berat merobohkan sejumlah bangunan permukiman padat di bantaran sungai Ciliwung di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPUNG PULO -- Suasana bantaran kali Ciliwung, tepatnya Kampung Pulo terlihat menegangkan pada Kamis (20/8) karena penggusuran dari aparat keamanan menimbulkan perlawanan dari sejumlah warga.

Jalan Jatinegara Barat kemarin ditutup pada pukul 07.00 WIB sampai sore hari. Suara tembakan gas air mata dan batu terdengar dari seluruh jalan tersebut. Namun perlawanan yang dilakukan warga akhirnya dapat dipatahkan personil keamanan yang berjumlah 2.500 orang.

Mantan warga Kampung Pulo, Cunen (73) mengatakan, Kericuhan mulai pecah pada pukul 11.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Warga dan personil gabungan saling serang. Kala itu, dia sedang berada di Jalan Jatinegara Barat.

Cunen adalah warga Karawang yang pernah tinggal di Kampung Pulo. Kabar mengenai akan digusurnya Kampung Pulo, membuat dirinya harus datang ke Jakarta Timur. Sebab dua rumah yang pertama kali digusur, adalah rumah cucu-nya, yang berada di Gang Tengkong.

Cunen menceritakan, warga Kampung Pulo dan Gang Banten bercampur-baur ketika penggusuran akan berlangsung. Lokasi Gang Banten sendiri letaknya berada tepat di depan Kampung Pulo sehingga warga Gang Banten melihat aksi ini.

Pada pukul 08.00 WIB, suasana Jalan Jatinegara Barat telah ditutup aparat. Karena ratusan warga telah bersiap keluar untuk memberi perlawanan ke personil gabungan yang akan meratakan rumah mereka. Sebagian kecil warga lain, seperti Gang Banten hanya memenuhi terotoar di seberang sambil duduk. Niat mereka sebatas menonton duel yang akan berlangsung.

"Jam sebelasan, kericuhan mulai pecah," ujar Cunen kepada Republika, Jumat (21/8).

Warga Gang Banten yang tidak ikut-ikutan langsung lari kocar-kacir saat aksi mulai memanas. Dia menggambarkan, saat kejadian, gas air mata memenuhi jalan yang ditutup. Gas air mata tersebut menyebar masuk ke dalam gang-gang di sana. Hal tersebut membuat rasa takut warga yang tidak terlibat.

Cunen mendengar, beberapa aparat memburu warga Kampung Pulo. "Warga Kampung Pulo bukan! Kalau bukan bubar," kata Cunen meniru suara yang terdengar waktu itu.

Akhirnya Cunen terpaksa menyelamatkan diri dengan masuk ke Gang Banten. Gang tersebut langsung ditutup rapat ketika kericuhan pecah. Sebelumnya, Gang Banten hanya ditutup kayu, yang menandakan tidak ikut terlibat. Kemudian setelah lari ke dalam, dia terjebak dan tidak bisa keluar.

Terakhir dia melihat gas air mata sudah memenuhi Jalan Jatinegara Barat. Para warga yang menentang penggusuran akhirnya kocar-kacir, melarikan diri, dan masuk ke Gang 4, 3, 2 dan 1, Kampung Pulo. "Pokoknya warga yang ikut aksi lari menyebar ke Gang 5 sampai Gang 1," ucapnya.

Pada saat itu, dia melihat warga yang kalah saling dorong-mendorong untuk menyelamatkan diri. Cunen menerangkan, ini adalah kejadian terbesar pertamakalinya di Kampung Pulo. Meski begitu, dia tidak mendengar suara tembakan, namun hanya senjata gas air mata.

Menurut pengamatan Republika, pada hari ini suasana terlihat kondusif. Walaupun beberapa jalan masih ditutup oleh aparat kepolisian. Ribuan aparat gabungan masih tersebar di sepanjang Jalan Jatinegara Barat. Sementara, warga Kampung Pulo terlihat sibuk pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat dengan menggunakan motor dan mobil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement