Jumat 21 Aug 2015 07:01 WIB

Warga Mesuji Kesulitan Air Bersih

Warga menggunakan mesin diesel untuk menyedot air dari sisa aliran air Sungai Cisadane di sekitar Pintu Air 10, Tangerang, Banten, Selasa (18/8).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warga menggunakan mesin diesel untuk menyedot air dari sisa aliran air Sungai Cisadane di sekitar Pintu Air 10, Tangerang, Banten, Selasa (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG--Ratusan warga Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, Lampung mulai mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau dalam tiga bulan terakhir sehingga untuk memenuhi kebutuhan air itu warga setempat membeli dari penjual air keliling.

Pada musim kemarau ini, ketersediaan air menurun apalagi mata air yang ada debitnya mengecil padahal kebutuhan warga akan air tetap tinggi, kata Yanto, seorang warga Simpang Pematang di Mesuji, Jumat.

Ia menatakan setiap tiga hari sekali warga harus membeli air bersih dari penjual air untuk keperluan memasak, mandi, dan mencuci.

Kesulitan mendapatkan air bersih tersebut dirasakan ratusan warga setempat, semenjak sebelum bulan puasa lalu hingga saat ini.

Yanto mengaku membeli air bersih satu drum dengan kapasitas sekitar 1.000 liter dengan harga Rp100 ribu per drum.

Air lalu dipompa menggunakan mesin pompa ke rumah warga dan dialiri dengan menggunakan selang air.

Seorang penjual air bersih Rijo (40) mengungkapkan setiap hari ratusan warga membeli darinya yang mengambil air bersih dari mata air di Desa Simpang Mesuji.

"Kalau ada yang pesan biasanya langsung menelepon dan akan segera saya kirimkan dengan menggunakan mobil dari rumah di Simpang Mesuji," ujar Rijo pula.

Dia mengemukakan kebutuhan air bersih saat ini meningkat, seiring dengan musim kemarau yang masih berlangsung. Sebagai penjual air yang sering dipanggil, ia mengakui kemarau menjadi faktor utama warga membeli air untuk keperluan sehari-hari.

Harga sebesar Rp100 ribu untuk air ukuran 1.000 liter diakuinya untuk jarak dekat. Sedangkan untuk beberapa daerah di Simpang Pematang ia mematok harga di atas Rp150 ribu per 1.000 liter, karena menyesuaikan jarak dan biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk kendaraan pengangkut air.

Siti, warga Simpang Mesuji mengeluhkan kesulitan membuat sumur secara manual, sedangkan untuk membuat sumur bor biayanya sangat mahal.

Dia berharap pemerintah bisa menyediakan fasilitas air bersih yang bisa gratis bagi warga setempat yang tinggal di perbukitan ini, apalagi saat musim kemarau seperti ini.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement