Kamis 20 Aug 2015 03:42 WIB

Dubes August Parengkuan Kecewa dengan Menlu Retno

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Erik Purnama Putra
Dubes Indonesia untuk Italia August Parengkuan di Roma, Italia, Rabu (19/8).
Foto: Republika/Erik PP
Dubes Indonesia untuk Italia August Parengkuan di Roma, Italia, Rabu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Jokowi membuat kebijakan dengan meminta setiap duta besar (dubes) untuk ikut terlibat mempromosikan produk Indonesia di tempat mereka bertugas. Dubes Indonesia untuk Italia August Parengkuan mengaku sudah bergerak cepat mengimplementasikan perintah tersebut.

Di antaranya, pihaknya langsung menemui Menlu Italia Paolo Gentiloni untuk melakukan penjajakan peningkatan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Italia. Menlu Italia, kata dia, sangat terbuka merespons ajakannya yang mewakili pemerintah Indonesia. 

Sayangnya, usahanya ternyata tak didukung Menlu Retno Marsudi. August mengaku sudah berupaya mengusahakan Menlu Retno untuk melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan menlu Italia, tapi hingga kini hal itu tak kunjung terlaksana.

"Presiden Jokowi meminta dubes menjadi salesmen, saya langsung bertindak bertemu menlu Italia untuk membahas hubungan kita. Saya lapor ke Jakarta, (kirim) SMS menlu, menlu bilang tak ada waktu, padahal dia baru saja ke Brussel dan Oslo, dia tak mampir ke sini. Kita sesalkan itu," kata August sebagaimana dilaporkan wartawan Republika, Erik Purnama Putra di Roma, Italia, Rabu (19/8).

Menurut August, memang Indonesia tak memiliki sejarah dengan Italia. Namun, neraca perdagangan terakhir menunjukkan Indonesia surplus atas negeri Pizza tersebut mencapai 500 juta dolar AS. Bahkan untuk semakin mengeratkan kerja sama dan mengintensifkan perdagangan, kata dia, pihak Italia siap menyediakan dana 30 ribu euro untuk digunakan seminar bersama peringatan 66 tahun hubungan dagang kedua negara.

Sayangnya, hingga kini tak ada respons dari Menlu Retno. Dia paham orang nomor satu di Kemenlu tersebut sangat sibuk. Tapi, ia mempertanyakan mengapa Menlu Retno tidak juga menyediakan waktu untuk berkunjung ke Italia. Padahal, kebijakan politik Italia sangat ramah terhadap Indonesia.

August pun bercerita, ketika Presiden Jokowi menyetujui hukuman mati untuk bandar narkoba, berbagai negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris, Jerman gaduh luar biasa. Sementara itu, Italia sangat menghormati kebijakan Pemerintah Indonesia, yang menganggap hukum tak bisa dicampuri persoalan politik.

"Hukuman mati tak pernah jadi soal di sini, saya sendiri sangat menyesalkan menlu tak ke italia, mengapa? Saya kasihan Presiden Jokowi bekerja, menlunya seperti itu. Saya setuju (menlu) tak punya waktu, tapi solusinya kapan? Harus ada solusi dong. Tak ada komitmen," kata mantan wartawan Kompas tersebut.

August mengungkap, ada satu kendala lain yang dihadapi Kedubes Italia, yaitu persoalan pembebasan visa warga Indonesia ke Italia. Dia menyebut, setiap tahunnya tak kurang 200 ribu warga negara Indonesia berkunjung ke Italia, yang mayoritas memiliki tujuan beribadah ke Vatikan. Melihat potensi itu, pihaknya sudah berupaya keras melobi Pemerintah Italia untuk mau menghapus kebijakan pemberian visa.

Respons positif sudah ditunjukkan Pemerintah Italia, dan mereka ingin melakukan MoU terkait hal itu. Tetapi, ia kembali harus kecewa lantaran Menlu Retno yang diharapkan mau melakukan diplomasi dan penandatanganan kerja sama dengan menlu Italia, tidak juga menunjukkan iktikad baik kapan bisa hadir ke negara yang beribu kota di Roma tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement