Selasa 11 Aug 2015 15:12 WIB

Ahok Dinilai Terlalu Subjektif pada Wali Kota Jaksel

Rep: C26/ Red: Ilham
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) seusai menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/7).
Foto: Antara/Reno Esnir
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) seusai menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta, Syarief menilai Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terlalu subjektif menilai Wali Kota Jakarta Selatan, Syamsuddin Noor. Ahok mencopot Syamsuddin dari jabatannya dengan alasan kurang tegas.

Menurut Syarief, alasan yang dipaparkan Ahok tidak sepantasnya menjadi acuan. Itu justru lebih memunculkan persepsi bahwa keputusan yang diambil bersifat emosional. "Cuma alasan yang mengejutkan karena dibilang kurang tegas. Itu terkesan emosional," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (11/8).

Menurut politikus Partai Gerindra ini, alasan tidak tegas bersifat terlalu subjektif. Sebab, definisi tegas berbeda-beda tiap orang. Ini yang dinilainya cukup ganjil.

Ia juga mempertanyakan sebelumnya Ahok sudah memberi peringatan atau belum untuk Syamsuddin. Tidak etis mencopot seseorang dari jabatannya tanpa peringatan terlebih dahulu. Biasanya, paling tidak ada dua kali surat peringatan yang dilayangkan gubernur sebelum pencopotan.

"Pernah nggak dia diberikan teguran secara tertulis, kalau belum ada berarti pencopotan itu terkesan emosional. Coba tolong ditanyakan sudah diberikan teguran-teguran itu belum," ujarnya.

Ahok, kata dia, memang memiliki karakter yang tegas. Namun, ketegasan dia tidak bisa dijadikan patokan ukuran kinerja anak buahnya karena ketegasan seseorang dirasakan berbeda-beda.

Dia meminta gubernur dan jajaran Pemprov DKI untuk mengevaluasi masalah ini. Agar ke depannya, tidak ada pemimpin yang sembarangan mencopot jabatan seseorang, apalagi dengan alasan yang subjektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement