Senin 10 Aug 2015 23:20 WIB

Harga Cengkih Merosot Tajam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Cengkih
Cengkih

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA --‎ Harga Cengkih di Kabupaten Purwakarta, Jabar, saat panen raya tahun ini, merosot tajam. Sekarang ini, harganya antara Rp 83-85 ribu kilogram dalam posisi kering. Sedangkan, harga Cengkih basah jauh lebih murah lagi, antara Rp 25-30 ribu per kilogram. Merosotnya harga komoditi ini diduga ada permainan tengkulak.

‎Muhamad Nurdin (55 tahun), petani Cengkih asal Kampung Krajan RT 01/01, Desa Sukadami, Kecamatan Wanayasa, mengatakan, saat ini panen raya baru 25 persennya. Tetapi, harga sudah merosot tajam. Padahal, tahun kemarin harga Cengkih sampai tembus Rp 155 ribu per kilogram dalam kondisi kering.

"Tetapi, panen tahun ini harganya di bawah Rp 90 ribu per kilogram," ujarnya, kepada Republika, Senin (10/8).

Merosotnya harga komoditi ini, diduga ada permainan tengkulak. ‎Tetapi, karena petani butuh uang, maka terpaksa Cengkih ini dijual. Meskipun harganya murah. Dengan begitu, petani tak bisa menikmati harga Cengkih yang mahal. Namun, bagi petani bermodal besar, Cengkih ini tak langsung dijual. Melainkan, disimpan dulu setelah harganya bagus baru dilepas ke pasaran.

Nurdin menjelaskan, warga di wilayah ini mayoritas memiliki pohon Cengkih. Setiap pohon yang usia remaja atau umurnya antara 15-20 tahun, baru bisa menghasilkan Cengkih 20 kilogram. Sedangkan, pohon yang dewasa usia 40-50 tahun, hasilnya bisa tembus satu kuintal dalam sekali panen.

Untuk menghasilkan Cengkih kualitas bagus, harus dijemur dengan sinar matahari yang sempurna. Di wilayah ini biasanya petani menjemurnya antara empat sampai lima hari. Sedangkan, di wilayah yang suhunya dingin, bisa sampai sepekan untuk menghasilkan Cengkih kualitas premium.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta, Tarsamana Wawan Setiawan, mengatakan, dari 17 kecamatan yang ada, empat di antaranya sentra perkebunan Cengkih. Empat kecamatan itu, Kiarapedes, Wanayasa, Bojong dan Pondoksalam. Terkait dengan harga yang merosot, hal ini dinilai sudah biasa.

"Biasa, kalau musim panen raya harganya merosot. Jadi, petani tak menikmati harga mahal," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement