Ahad 09 Aug 2015 07:25 WIB

Pemerintah Genjot Pembiakan Binatang Spesies Kunci

Red: Ilham
Bayi badak putih.
Foto: dok TSI Bogor
Bayi badak putih.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan 25 binatang spesies kunci Indonesia berkembang 10 persen hingga lima tahun ke depan. Diantaranya adalah populasi Badak Jawa, Badak Sumatera, Harimau Sumatera, Orangutan, dan Gajah.

"Kita punya target lima tahun ke depan kurang lebih 10 persen," kata Menteri LHK, Siti Nurbaya dalam sambutan pembukaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2015 di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Sabtu (8/8). 

Menurut dia, cara pengembangan spesies, seperti Badak Jawa misalnya, tidak harus mengganggu mereka di alamnya. Namun, wilayah jelajahnya akan diperkecil supaya mudah dirawat dan dikembang biakan. "Melalui lembaga konservasi, mereka harus dilepas di alamnya juga," kata dia. 

Saat ini, spesies Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon ada 58 ekor. Terdiri dari 20 betina, 30 jantan, dan 8 anak badak. Dari 8 anak itu, 5 diantaranya jantan dan sisanya betina. 

Jumlah badak ini masih sangat rawan punah karena jumlah jantan lebih banyak. Apalagi siklus kelahiran mereka yang hanya satu anak dalam empat tahun.

Dirjen Konservasi Alam dan Ekosistim KLHK, Tachrir Fathon menjelaskan, penanganan badak akan dilakukan seperti di Way Kambas. Di sana, beberapa spesies sudah berhasil dikembang biakan dengan campur tangan manusia. "Agar bisa cepat berkembang, supaya tidak hanya mengandalkan di hutan. Kalau yang 10 tahun tak pernah melahirkan, nanti akan bisa melahirkan," katanya.

Tachrir mengakui, secara umum jumlah satwa menurun. Salah satu alasannya adalah kesulitan makanan karena banyak tanaman liar yang tak bermanfaat. Tanaman liar ini diyakini menghalangi tumbuhnya makanan satwa sehingga rantai makanan tidak berjalan dengan baik. "Pohon langkap yang kayak pohon aren, itu perkembangannya cepat dan mematikan tumbuhan bawah untuk makanan badak."

Dengan alasan itu, petugas sering melakukan penebangan pohon yang tidak bermanfaat dan di tempat yang terlalu rimbun. Namun, dia meminta masyarakat tidak salah paham dengan penebangan itu karena filosofinya berbeda dengan penebangan liar. "Badak ini harus tetap ada makanannya, makanya hutan harus dibuka agar ada cahaya," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement