Kamis 06 Aug 2015 18:49 WIB
Muktamar NU dan Muhammadiyah

Emil Salim: Parpol Harus Belajar dari Muktamar NU dan Muhammadiyah

Prof. Dr Emil Salim saat menjadi salah satu pembicara dalam acara
Prof. Dr Emil Salim saat menjadi salah satu pembicara dalam acara "Return to the Spirit of Bung Hatta The Netherlands Indonesia's Heritage di Erasmus Huis Auditorium, Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan sekaligus pengajar, Emil Salim ikut bersuara atas berlangsungnya muktamar dua organisasi massa terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Menurutnya partai politik harus belajar dari suksesnya pelaksanaan muktamar dua ormas tersebut.

Awalnya ia menyinggung terkait perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang segera menginjak usia ke-70 tahun. "Usia 70 thn RI cukup matang utk berintrospeksi dan menyadari bahwa pembangunan kehidupan partai politik belum capai taraf kedewasaan yg baik," kata Emil salim dalan akun Twitter pribadinya, @emilsalim2010.

Menjelang perayaan satu abad kemerdekaan Indonesia, ia mengatakan perlu introspeksi tata kehidupan partai politik yang belum matang agar lebih mengutamakan wujud ideologi Pancasila. Pemilihan pemimpin-pemimpin baru Muhammadiyah berjalan lancar tanpa desas-desus politik uang. "Ini membuktikan bahwa anak bangsa bisa berpolitik bersih," ujarnya.

"Mengapa kongres Parpol tidak sesejuk Muktamar NU dan Kongres Muhammadyah? Apakah moralitas agama bisa bendung nafsu uang & kekuasaan Parpol? Hati ikut bersyukur menyaksikan tinggi moralitas peserta Muktamar NU dan Kongres Muhammadiyah. Tidak ada kasak-kusuk dgn pelicin uang," tegas Emil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement