REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, mengungkapkan hujan buatan akan terjadi di beberapa daerah. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan mengingat kekeringan sudah dalam tahap mengkhawatirkan.
“Oleh sebab itu, perlu ada penanganan dari segi teknologi, seperti hujan buatan untuk mengurangi dampak kekeringan,” ungkap Nasir pada saat pertengahan Press Briefing tentang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis (6/8). Terutama, kata dia, untuk sejumlah wilayah lumbung padi Indonesia.
Mengetahui persoalan ini, Nasir mengatakan, telah merekomendasikan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) untuk segera membuat hujan buatan melalui rekayasa teknologi. Ia juga mengungkapkan, telah koordinasi dengan sejumlah kementerian sejak 1 Agustus 2015.
Ia menyebutkan, Kementerian Pertanian (Kemtan), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan berbagai peneliti di bidang iklim serta ketahanan pangan sudah dikoordinasikan.
Pada waktu dekat ini, Nasir mengungkapkan akan ada tujuh provinsi dan puluhan kabupaten/kota yang akan menjadi pembahasan untuk menerima hujan buatan. Ia memaparkan, Pulau Jawa terutama Jawa Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya diharapkan bisa mendapatkannya pada Agustus hingga September nanti.
Menurut Nasir, penerapan hujan buatan itu lebih memperhatikan keberadaan awannya. Terutama, kata dia, awan yang berada di atas langit tujuh propinsi tersebut. Jika terdapat banyak awan, tambahnya, maka akan dilakukan rekayasa teknologi. Sehingga, lanjut dia, akan menghasilkan hujan di lokasi kekeringan itu.
Dengan adanya hujan buatan ini, dia berharap kekeringan bisa sedikit terdegradasi. Sehingga, ujar dia, ketahanan pangan tidak akan terancam pada tahun ini.