REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA – Apabila terjadi kemarau panjang potensi wilayah di DIY yang mengalami kekeringan sekitar 26,67 persen. Namun karena sekarang baru awal kemarau, wilayah yang mengalami kekeringan baru sekitar 10 persen dari 26,67 persen tersebut.
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi pada Republika, Selasa (4/8). Dia mengatakan prediksi dari BMKG tahun ini akan terjadi kemarau panjang . Namun saat ini dampak yang terjadi di DIY karena baru tahap awal kemarau baru sebatas kekurangan air, belum berkaitan dengan pola tanam petani.
Hal ini juga diakui oleh Hartini (petani) dari Srihardono Pundong Bantul. Petani di wilayahnya sekarang masih menanam padi dan diperkirakan baru akan panen bulan Oktober. Karena sekarang masih ada air yang cukup banyak dari dam . ‘’Sejak adanya dam air sekitar tahun 90-an di sini tidak pernah mengalami kekeringan meskipun musim kemarau,’’kata dia.
Menurut catatan Gatot, potensi kekeringan di wilayah DIY sekitar 16 kecamatan atau sekitar 100 desa. ‘’Namun hal itu kalau kondisi makin memburuk dan tidak ada iar sama sekali. Kalau sekarang di wilayah tersebut masih ada air. Data BMKG menunjukkan kondisi kekeringan dan tidak ada hujan sama sekali lebih dari satu bulan. Tetapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi,’’kata dia.
Saat ini kekeringan karena kekurangan air yang terjadi di wilayah DIY masih bisa ditangani oleh kabupaten (BPBD kabupaten, Dinas Sosial dan PDAM) misalnya dilakukan dropping air.
Saat ini BPBD DIY dan Pemda DIY baru mengjakukan anggaran ke Pusat terkait untuk program jangka pendek seperti dropping air, tendon air dan lain-lain sebesar Rp 6 miliar. Hal itu untuk dana tanggap darurat yang diprediksi sampai akhir November atau awal Desember 2015.