REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hingga 29 Juli 2015, 24 kabupaten di Jawa Timur telah menyatakan status darurat bencana kekeringan akibat musim kemarau. Di 24 kabupaten tersebut, penduduk di lebih dari 200 desa mengalami kekeurangan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Achmad Robiul Fuad menyampaikan, peta area kekeringan tersebar merata di seluruh Jawa Timur, mulai dari Pulau Madura, kawasan Tapal Kuda (Jawa Timur bagian timur) hingga kawasan Mataraman (Jawa Timur bagian barat).
Fuad menyampaikan, BPBD Kabupaten sudah menjalankan program pengiriman air bersih di lebih dari 200 desa tersebut. Ia merinci, kabupaten yang paling terdampak adalah Lumajang (27 desa), Bangkalan (31 desa), Blitar (18 desa), dan Tuban (15 desa).
“Air kami drop untuk memenuhi kebutuhan warga untuk minum, memasak, dan kebutuhan utama lainnya,” ujar Fuad kepada Republika, Rabu (29/7).
Fuad menjelaskan, Jawa Timur selalu mengalami kekeriangan akibat musim kemarau setiap orang. Oleh karena itu, sistem penanganan bencana jenis tersebut sudah terbangun. Ia menggambarkan, pada tahap awal darurat kekeringan, pemerintah kabupaten umumnya menggunakan dana mereka untuk menanggulangi bencana kekeringan.
Jika sudah dinyatakan kritis, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai menyalurkan bantuan. “Hingga September nanti, Pemprov Jatim menganggarkan Rp 3,8 miliar memenuhi kebutuhan air bersih warga di daerah yang dilanda kekeringan,” ujar Fuad.