Rabu 29 Jul 2015 06:20 WIB

Kurangi Impor, KKP Kembangkan Pakan Ikan Lokal di Sukabumi

Rep: Riga Iman/ Red: Satya Festiani
Pakan ikan (ilustrasi)
Foto: bibitikan.net
Pakan ikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menggenjot pengembangan pakan ikan lokal. Salah satunya di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.

‘’Saat ini kita tengah melakukan pengembangan pakan ikan mandiri atau Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari),’’ ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto dalam keterangan persnya, Selasa (28/7). Khususnya, dalam memanfaatkan bahan baku pakan lokal untuk mendorong peningkatan kesejahteraan pembudidaya dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.

Selain itu kata Slamet, untuk menekan biaya pakan ikan yang dikeluarkan pembudidaya. Di mana, harga untuk pakan ikan mandiri ini cukup terjangkau yaitu sekitar Rp 5.000 per kilogram. Pakan lokal ini diperuntukkan untuk budidaya lele, nila dan patin.

BBPBAT Sukabumi, terang Slamet, mengembangkan eceng gondok sebagai bahan baku pakan pengganti dedak. Eceng gondok selama ini menjadi masalah di beberapa waduk dan perairan. Namun, pada faktanya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti dedak. ‘’ Setelah di buat tepung, kadar proteinnya hampir sama dengan dedak halus yaitu 12,51 persen,’’ ungkap Slamet.

Saat ini harga dedak di pasaran sekitar Rp 3.000 – 4.000 per kilogram sementara tepung eceng gondok perkiraan harganya sekitar Rp 1.000 per kilogram. Berdasarkan uji coba yang dilakukan BBPBAT Sukabumi tambah Slamet, pakan ikan mandiri dapat menghasilkan pakan dengan kadar protein 32 persen. Kondisi tersebut menunjukkan kadar protein sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Slamet menuturkan, terpenuhinya SNI ini membuktikan bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan mandiri dan sekaligus dapat dijadikan solusi bagi permasalahan eceng gondok. Konversi pakan yang dihasilkan ini murni dari pakan belum menggunakan aplikasi teknologi lain seperti bioflok atau sejenisnya.

“Ke depan, solusi permasalahan gulma enceng gondok ini akan terus dikembangkan dengan mengajak stake holder yang terkait,’’ terang Slamet. Misalnya dengan Badan Pengelola Waduk, Pabrikan Pakan dan juga Kelompok Pembudidaya. Sementara UPT Perikanan Budidaya melakukan pembinaan serta alih teknologi penepungan eceng gondok ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement