Jumat 24 Jul 2015 15:11 WIB

Penjualan Batu Akik di Muntok Melesu

Pedagang bongkahan batu akik menunggu calon pembeli di Kampung Cibarengkok, Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (22/4). (Antara/Adeng Bustomi)
Pedagang bongkahan batu akik menunggu calon pembeli di Kampung Cibarengkok, Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (22/4). (Antara/Adeng Bustomi)

REPUBLIKA.CO.ID, MUNTOK, BANGKA BELITUNG -- Penjualan batu akik di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung menurun drastis dibandingkan beberapa bulan lalu, bahkan saat ini sejumlah perajin terpaksa meninggalkan usahanya.

Biasanya, kabar tentang batu akik ini selalu tentang kegairahan penjualan dan pembelian; bahkan harganya bisa sangat mahal untuk varian-varian tertentu batu akik.

Juga, keriuhan per-akik-an ini juga bisa berujung keributan dan perebutan bahan batu antarwarga, semua berlatar harga akik yang melambung tinggi.

"Pada awal tahun setiap perajin batu akik setiap hari selalu mendapatkan pesanan, bahkan tidak jarang yang terpaksa menolak karena banyaknya pesanan dari penggemar," ujar perajin batu akik, Hendri Mashur, di Muntok, Jumat (24/7).

Namun, menurut dia, tren batu akik itu tidak bertahan lama karena saat ini mereka sudah jarang mendapatkan pesanan pengerjaan dan pembelian batu akik baik dari warga setempat maupun luar daerah.

"Selama Lebaran dimana banyak warga luar daerah yang datang ke Muntok, perdagangan batu akik juga sepi, tidak sesuai perkiraan kami," kata dia.

Berlebaran sambil memakai cincin, liontin, atau apa saja perhiasan dari batu akik mungkin bergaya, namun ternyata justru sepi.

Menurut dia, saat ini sepekan bisa mendapatkan Rp 500.000 sudah bagus, hal ini sangat berbeda dibandingkan beberapa bulan lalu, dimana pendapatan tersebut bisa diraih dalam sehari.

Ia mengatakan, penurunan pendapatan para perajin dan pedagang batu akik di daerah itu selain disebabkan turunnya tren batu akik juga banyak dipengaruhi masalah desain dan kreasi.

"Selama ini perajin hanya bisa mengolah batu akik untuk dijadikan cincin pria, sedangkan segmen pasar untuk kaum perempuan belum ada yang mampu mengerjakan," kata dia.

Penurunan pasar batu akik di daerah itu tidak hanya berpengaruh terhadap perajin dan pedagang, namun juga para pencari batu yang tersebar di sejumlah lokasi di daerah itu.

"Kami akan tetap berusaha menembus pasar luar daerah yang sepertinya masih lumayan ramai karena dari segi kualitas, batu akik dari Pulau Bangka tidak kalah dibandingkan batu dari daerah lain," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement