Sabtu 11 Jul 2015 12:12 WIB

Indonesia Bakal Miliki Reaktor Nuklir Mutakhir di 2019

Reaktor nuklir Plant Vogtle di Waynesboro, Georgia, Amerika Serikat.
Foto: AP/Mary Ann Chastain
Reaktor nuklir Plant Vogtle di Waynesboro, Georgia, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan segera membangun Reaktor Daya Eksperimental (RDE) 10 megawatt (MW) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Rencananya, RDE akan selesai dibangun dan beroperasi pada 2019.

Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengatakan kementerian yang dipimpinnya saat ini memiliki kewajiban untuk menciptakan teknologi nuklir yang efisien dan aman, serta sepenuhnya dipergunakan untuk kemanusiaan. Dia mengatakan Indonesia sudah mengoperasikan reaktor sejak 1965, dan Batan telah berperan banyak dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pertanian dan kesehatan.

Kini, Batan didorong juga dapat berperan mengembangkan teknologi ini untuk menghasilkan energi yang efisien dan aman. "Saya maunya riset tidak hanya untuk pangan dan kesehatan saja, tapi juga untuk listrik, tapi itu semua untuk riset bukan untuk komersial. Soalnya nanti masyarakat bisa geger," katanya.

Batan, lanjutnya, harus mampu mengembangkan riset dan menghasilkan teknologi yang dapat menghasilkan energi yang lebih baik. Saat ini, pembangunan RDE masuk pada tahap desain dan riset awal. Menurut Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, pembangunan ini membutuhkan dana awal Rp 50 miliar. Sedangkan total dana yang dibutuhkan untuk membangun reaktor mini ini mencapai Rp 1,8 triliun.

Pembangunan RDE dengan teknologi generasi ke empat dari Jerman ini baru akan dimulai pada 2016 dan ditargetkan selesai di 2019. Pada saat itu, ia berharap uji dingin reaktor sudah bisa dilakukan. Jika nanti RDE 10 MW tersebut sudah mampu menghasilkan energi, pemanfaatannya sepenuhnya untuk mendukung aktivitas penelitian di Puspiptek Serpong.

Batan mendapat dukungan asistensi dari Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dalam pengembangan RDE tersebut. Saat ini pun badan internasional di bawah naungan PBB yang memang khusus mengurusi masalah pengembangan atom untuk perdamaian ini juga sedang membantu menyiapkan strategi jangka panjang terkait pembangunan dan penggunaan reaktor nuklir di Uni Emirat Arab, Thailand, Belarusia, Yordania, dan Vietnam.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement