Kamis 09 Jul 2015 21:00 WIB

Kemenparekraf: MICE, Alternatif Indonesia Sambut MEA

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Satya Festiani
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar konvensi strategi pengembangan destinasi Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) Indonesia di Balairung Soesilo Soedarman, Kantor Kemenparekraf, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (9/7).

Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan Kemenparekraf Azwir Malaon mengatakan, tujuan digelarnya konvensi ini untuk mempresentasikan hasil final strategi pengembangan destinasi MICE. Konvensi ini, ia harapkan mampu meningkatkan daya saing MICE Indonesia berbasis sumber daya daerah.

"Dalam forum ini, diharapkan mampu menyajikan potret faktual dari potensi, kendala yang dihadapi, serta posisi Indonesia dalam peta MICE regional dan internasional," ujarnya.

Menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Azwir mengatakan destinasi MICE dapat menjadi alternatif bagi Indonesia dalam menghadapi ketatnya pasar bebas mendatang.

Azwir menilai, penguatan kelembagaan MICE menjadi prioritas utama agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain baik di kawasan regional maupun internasional.

"Sudah saatnya kita memiliki sebuah lembaga khusus yang mampu memasarkan Indonesia sebagai destinasi MICE utama di Asia," sambungnya.

Ia juga mengharapkan dukungan dari sejumlah pihak dari kalangan pelaku usaha yang berada dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin), asosiasi profesi, industri MICE, serta rekan media.

Sementara itu, Peneliti Bidang MICE dari Politeknik Negeri Jakarta Christina L Rudatin berharap berdirinya sebuah badan promosi khusus MICE benar-benar terwujud dalam waktu dekat.

"Kita sudah amat butuh, diharapkan Perpres sudah keluar tahun ini," kata dia.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Kadin Bidan MICE dan Industri Kreatif Wisnu Budi Sulaeman mengutip pernyataan Azwir, mengatakan Perpres tersebut akan terbit pasa akhir tahun.

Ia juga meminta kepada Kementerian Perhubungan untuk ikut membantu terkait masuknya maskapai asing ke dalam negeri.

Kata dia, banyak maskapai asing yang ingin masuk ke Indonesia tapi tidak bisa.

"Nyatanya mereka hanya masuk hanya ketika haji atau umroh saja," ungkap Wisnu.

Sejauh ini, ia katakan, Bali dan Jakarta masih menjadi dua kota utama dalam penyelenggaran MICE lantaran sejumlah keunggulan yang dimilikinya.

Meskipun memiliki keindahan alam yang tidak tertandingi, ia menilai Indonesia harus mewaspadai dengan langkah-langkah yang dilakukan sejumlah negara tetangga. Menurutnya, orang yang datang ke konferensi berbeda dengan turis pada umumnya.

"Bali harus hati-hati karena harga disana sudah tinggi, bisa dilewati Thailand dan Malaysia," tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement