REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi perempuan karena bersifat iritatif, bahkan karsinogenik. Namun sebaliknya, Kemenkes menyatakan, klorin pada pembalut dinyatakan aman dan tidak bersifat karsinogenik. Kemenkes juga meminta YLKI agar mengonfirmasi lagi hasil penelitiannya tersebut.
"YLKI telah mengonfirmasi hasil penelitian tersebut, jauh-jauh hari sebelum hasil penelitian dilaunching ke publik," kata Tulus dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Kamis (9/7), di Jakarta.
YLKI juga mengklaim telah mengirimkan surat konfirmasi sejak 6 April 2015. Tetapi, hingga hasil penelitiannya dilaunching (6/7), Kemenkes tidak memberikan tanggapan/respon apapun terhadap surat dimaksud.
Sebelumnya, YLKI melakukan uji sampel pembalut dan pantyliner semua merek pembalut untuk perempuan di Indonesia. Hasilnya cukup mengejutkan, dilaporkan sembilan merek pembalut menggunakan bahan kimiawi klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih kertas dan pakaian dengan tingkat kandungan berbeda-beda.
Kesembilan pembalut yang berklorin tinggi adalah Charm 54,73 ppm, Nina Anion 39,2 ppm, My Lady 24,44 ppm, VClass Ultra 17,74 ppm, Kotex 8,23 ppm, Hers Protex 7,93 ppm, LAURIER 7,77 ppm, Softex 7,3 ppm, dan Sotness Standard Jumbo Pack 6,05 ppm.
Sementara merek Pantyliner yang berklorin tinggi adalah V Class 14,68 ppm, Pure Style 10,22 ppm, My Lady 9,76 ppm, KOTEX Fresh Liners 9,66 ppm, Softness Panty Shields 9,00 ppm, CareFree superdry 7,58 ppm dan LAURIER Active Fit 5,87 ppm.