REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim hujan di beberapa wilayah di Indonesia tahun 2015 ini akan mundur hingga Desember.
Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG Indonesia, Evi Lutfiati mengatakan sebenarnya cuaca kekeringan atau kemarau tahun ini tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu.
Ia mengakui, bulan ini masih dalam musim kemarau. Pihaknya memperkirakan puncak kemarau akan terjadi pada Bulan Agustus mendatang.
"Sementara September dan Oktober menjadi peralihan antara kemarau dan musim hujan. Tetapi kami prediksi awal musim hujan di beberapa daerah akan mundur," katanya kepada Republika, Selasa (7/7).
Evi menyebutkan daerah seperti Sumatra wilayah selatan, Pulau Jawa bagian tengah, Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Bali mengalami awal musim hujan pada November.
Bahkan, musim hujan di wilayah Indonesia bagian tengah seperti Sulawesi Selatan (Sulsel) diprediksi terjadi pada Desember. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Ambon, Papua wilayah selatan juga baru memulai musim hujan pada penghujung tahun 2015.
BMKG telah menyerahkan laporan cuaca dan perkiraannya ke instansi terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk mengantisipasi kekeringan ini.
Disinggung apakah kemarau yang terjadi di Indonesia saat ini akibat pengaruh fenomena El Nino, Evi membantahnya. Menurutnya, El Nino baru bisa dirasakan kalau Indonesia sudah waktunya memasuki musim hujan tetapi faktanya masih mengalami kemarau.
Selain itu, fenomena ini baru bisa diketahui pada November besok. Namun BMKG berjanji terus mengevaluasi kembali cuaca, termasuk kemungkinan El Nino moderat pada November. "Kami akan mengevaluasi curah hujannya," ucapnya.