REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sedikitnya 40 persen areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu terancam puso pada musim tanam gadu 2015. Hal itu menyusul terus menurunnya debit air di sungai akibat ketiadaan hujan.
''40 persen tanaman padi di Indramayu bisa terancam puso jika sampai akhir Juli nanti tidak ada hujan,'' ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, kepada Republika, Senin (6/7).
Sutatang mengatakan, perkiraan itu didasarkan pada hasil pengamatannya. Saat ini, areal persawahan di berbagai daerah sudah mulai mengering.
Sutatang mengakui, Pemkab Indramayu telah menetapkan aturan gilir giring air untuk semua kecamatan. Tak hanya itu, para petani pun bisa menggunakan mesin pompa air untuk menyedot air dari saluran irigasi maupun sungai.
Namun, lanjut Sutatang, yang menjadi masalah saat ini adalah debit air dari Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka terus menurun. Begitu pula dengan sungai-sungai juga mulai mengering.
''Kalau sungainya mengering, apanya yang mau disedot?'' kata Sutatang.
Sutatang mengatakan, saat ini, areal pertanian yang masih bisa memanfaatkan air dengan mesin pompa adalah daerah-daerah yang berada paling dekat dengan Bendung Rentang. Di antaranya Kecamatan Kertasemaya, Bangodua dan Tukdana.
Sedangkan daerah yang berada paling ujung dari saluran irigasi, sangat sulit untuk memperoleh air. Seperti misalnya, Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Lohbener, Terisi, Cantigi dan Arahan.
Sutatang menyatakan, para petani di sejumlah daerah pun mulai menggali air dari sumur pantek. Namun, hal tersebut hanya bisa dilakukan di daerah yang tidak terinterupsi air laut yang asin.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, target tanam pada musim tanam gadu 2015 sekitar 110 ribu hektare. Dari jumlah tersebut, hingga akhir Juni, telah terealisasi sekitar 85 ribu hektare.