Senin 06 Jul 2015 14:03 WIB

PDIP: Banyak Menteri tak Pahami Nawacita Jokowi

 Buka puasa bersama Pimpinan Lembaga Tinggi Negara bersama Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (19/6).  (dok. MPR RI)
Buka puasa bersama Pimpinan Lembaga Tinggi Negara bersama Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (19/6). (dok. MPR RI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu berpendapat, sejumlah menteri di Kabinet Kerja tidak memahami Nawacita sebagai dasar visis misi pemerintahan.

Menurutnya, kondisi ini sangat bertentangan dengan keinginan sesuai dalam sembilan program Jokowi-JK dalam Pilpres 2014 lalu. Antara tidak paham atau memang bertolak belakang secara filosofi dengan Nawacita.

“Nawacita antitesa dari neoliberal, kalau menteri kiblatnya neolib, maka tempatnya bukan dalam kabinet (pemerintahan) ini,” tegas Masinton dalam acara bertajuk ‘Siapa Kena Reshuflle?’, di Dapur Selera, Jakarta Selatan, Ahad (5/7).

Ia berpendapat, Nawacita sebagai konsep PDI Perjuangan adalah untuk dapat melakukan perubahan baik dalam sebuah bangsa ini. Sayangnya, kata dia, banyak menteri yang tidak memahami itu.

Anggota Komisi III DPR RI itu pun menyerahkan sepenuhnya kepada presiden tentang rencana reshuffle. Baik pertimbangannya dari segi kinerja, politik di parlemen, karena itu reshuffle juga harus terbuka.

"Agar ada dukungan politik secara real di parlemen juga. Sekarang ini partai KIH belum 50 +1. Silahkan dikomunikasikan presiden dengan partai lainnya, atau dengan kalangan latar belakang organisasi masyarakat,” imbuh dia.

‎Tokoh Nasional HS Dillon berpendapat, Rizal Ramli dan Bambang Brodjonegoro merupakan kombinasi bagus dibandingkan Darmin Nasution dan Chatib Basri. Hal ini dikatakan Dillon menanggapi ramainya isu reshuffle kabinet kerja Jokowi-JK.

“Rizal ini orangnya sopan dan mau belajar. Saya masih ingat, dua hari setelah menjadi Kepala Bulog, dia datang ke kantor saya, karena dia latar belakangnya bukan pertanian. Dia mau belajar dan terbukti dia sukses memimpin Bulog,” kata Dillon, Ahad (5/7).

Rizal Ramli disebut sosok yang berani melawan sistem yang merugikan kepentingan nasional. Sementara Bambang adalah sosok yang dinilai jujur dan pekerja keras. “Kombinasi Rizal dan Bambang diharapkan dapat menaikkan performa ekonomi kita.”

Perekonomian Indonesia bisa membaik bila Presiden Jokowi memasukan ekonom-ekonom yang memiliki pengalaman luas, jujur, pekerja keras dan anti terhadap korupsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement