REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sarana prasarana Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran (Damkar) Sleman masih jauh dari ideal. Terutama untuk keberadaan pos jaga. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiyono, hal ini membuat jarak tempuh ke lokasi kebakaran menjadi jauh.
"Harusnya kan 15 menit sudah bisa sampai di lokasi kebakaran. Tapi karena pos kita hanya satu, untuk sampai ke tempat kejadian jadi cukup lama. Belum lagi kalau terjebak macet," tuturnya pada Republika, Ahad (5/7).
Rencananya tahun ini BPBD akan membuat developmemt enginering design (DED) untuk melengkapi kebutuhan sarana prasarana Damkar yang masih kurang.
Juli menyampaikan, tahun depan BPBD akan berupaya membangun pos damkar di Sleman barat di Godean, dan wilayah timur di Depok.
Selain itu, akan ada rencana penambahan personil. Sebab saat ini jumlah personil Damkar hanya 32 orang. Padahal idealnya adalah 100 orang. Namun begitu, Juli berpendapat bahwa kondisi tersebut belum menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kinerja Damkar.
Kepala UPT Damkar Sleman, Ismu Achmad Widodo pun menyampaikan demikian. Ia menuturkan, idealnya terdapat enam pos damkar yang tersebar di seluruh wilayah Sleman. Masing-masing pos memiliki satu mobil Damkar dan satu tanki air. "Tapi sekarang kan baru satu. Mau tidak mau, ya harus kita maksimalkan," ungkapnya.
Adapun hambatan yang cukup mengganggu proses kerja damkar adalah keberadaan gapura untuk masuk ke sebuah perkampungan. Juli menceritakan ada beberapa gapura yang dibangun terlalu rendah. Sehingga mobil damkar tidak bisa masuk.
"Pernah kejadian di Prambanan dan Sleman, mobil damkar tidak bisa masuk. Terpaksa gapuranya kami bongkar, karena kondisinya darurat," ujar Juli.
Padahal kata Juli, Pemkab Sleman sudah menyosialisasikan ketentuan pembuatan gapura di kampung-kampung. Namun tetap saja ada masyarakat yang membangun gapura terlalu rendah atau kecil.