Sabtu 04 Jul 2015 11:05 WIB

Kepala Staf Presiden Puji Kinerja Pelindo III

Rep: Andi Nurroni/ Red: Esthi Maharani
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan memberikan keterangan pers di Gedung Kantor Staf Kepresidenan, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (25/6).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan memberikan keterangan pers di Gedung Kantor Staf Kepresidenan, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Kepala Staf Presiden Luhut Binsar Pandjaitan melakukan lawatan ke sejumlah BUMN di Jawa Timur Jumat (3/7) sore, orang kepercayaan Presiden Joko Widodo itu mengecek sejumlah fasilitas milik PT Pelindo III, di antaranya Terminal Teluk Lamong dan Gapura Surya Nusantra di Surabaya, serta  Java Integrated Indurstrial and Port Estate (JIIPE) di Gresika.

Dijumpai wartawan di sela kunjungannya, Luhut mengaku kagum dengan proyek-proyek serba modern dan canggih yang dibangun Pelindo III. Ia juga memuji visi Pelindo III yang telah bisa memetakan arah pembangunan hingga jauh ke masa depan.

Menurut Luhut, Terminal Teluk Lamong telah menjawab harapan pemerintah akan pelabuhan yang modern dan efieien. “Apa yang dibuat Mas Djarwo (Djarwo Surjanto, Dirut Pelindo III) ini luar biasa. Ini bisa memotong cost hingga 40 persen. Dan lebih kagum lagi, semua orang Indonesia,” ujar Luhut.

Terminal Teluk Lamong merupakan pelabuhan logistik terbaru milik Pelindo III. Fasilitas yang mulai dioperasikan pada 2015 itu disebut sebagai yang paling modern saat ini, dengan mesin bongkar muat semi otomatis dan berbagai teknologi ramah lingkungan.

“Sekarang beliau (Djarwo) juga bikin (pelabuhan modern) di Semarang, di Banjarmasin. Ini harus jalan dalam 2-3 tahun ke depan. Kalau itu terjadi, target pemerintah memotong 50 persen biaya logistik dalam lima tahun bisa terjadi, artinya kita bisa hemat Rp 20-25 miliar dolar (AS) per tahun,” ujar Luhut.

Menurut Luhut, jika semua pelabuhan dibangun modern seperti Terminal Teluk Lamong, biaya transportasi logistik bisa ditekan, dari 14,1 persen saat ini, menjadi tinggal 7 persen dalam lima tahun pada 2019. “Ini artinya kita tidak jauh dengan Jepang yang hanya 4,9 persen. Kalau kita bisa 7 persen, saya kira pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen bukan hal yang susah. Tapi harus diikuti pertumbuhan industri,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement