REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Panglima Komando Operasi (Pangkoops) I TNI AU Marsekal Muda Agus Dwi Putranto mengatakan, mesin pesawat yang mati beberapa saat setelah lepas landas bukan hal baru bagi seorang penerbang militer. Setiap pilot sudah dilatih untuk siap dan bisa mengendalikan pesawat dalam kondisi seperti itu.
"Bagi penerbang hal-hal begitu (mesin mati) bukan hal baru bagi pilot. Semua dilatih pada saat simulasi dengan simulator yang ada," ujar dia kepada Republika di Medan, Jumat (3/7).
Menurutnya, kemungkinan jatuhnya pesawat Hercules C-130 juga disebabkan karena menabrak antena sesaat setelah lepas landas. Setelah menabrak antena itu, pesawat kemudian oleng dan terjatuh tak jauh dari antena tersebut.
Sebelumnya, Kepala Staff TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna menyatakan, dari penyelidikan awal yang dilakukan TNI AU, setidaknya ditemukan tiga penyebab pesawat Hercules itu jatuh. Penyebab pertama adalah adanya sesuatu sistem yang rusak. Hal itu diketahui dari permintaan pilot untuk kembali ke Lanud sesaat setelah lepas landas.
Penyebab kedua, lanjut Agus, dilihat dari pesawat yang mengarah ke kanan dan tidak bisa naik secara normal atau semestinya. Kondisi itu diperkirakan adanya mesin sebelah kanan dari pesawat mengalami kerusakan. Hal tersebut bisa dilihat dari propeller atau baling-baling yang tak berputar.
Karena terbang tidak sempurna, kata Agus, pesawat akhirnya menabrak sebuah antena. Hercules kemudian akhirnya jatuh di lokasi dan menabrak beberapa bangunan.
Jika tidak menabrak antena, Agus yakin, pilot pasti akan mampu mengendalikan pesawat meski dengan satu mesin mati. Karena kecepatan masih rendah saat menabrak antena, akhirnya pesawat oleng dan jatuh.