REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jenderal Moeldoko mengatakan akan mengevaluasi secara baik seluruh alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki TNI. Evaluasi akan dilakulan menyeluruh mulai dari tahun pembuatan.
"Evaluasi pertahuannya bagaimana. Kalau perlu diistirahatkan ya diistirahatkan," ujarnya, di Kejaksaan Agung (Kejagung), Kamis (2/7).
Pesawat Hercules termasuk yang akan dilakukan evaluasi. Moeldoko menjelaskan, Hercules buatan tahun 60-an TNI memiliki enam unit. Sedangkan tahun 1978 sebanyak delapan unit. Moeldoko menjelaskan, alutsista tua masih terdapat yang layak digunakan.
Karena itu, menurut Moeldoko, kelayakan alutsista bisa digunakan bukan dinilai dari tahun pembuatan. Kendati demikian, tahun pembuatan menjadi bagian yang diperhatikan. Namun, Moeldoko tidak ingin menjelaskan berapa jumlah alutsista tua yang sudah tidak layak fungsi.
"Itu tidak boleh dikatakan ya," ucapnya.
Moeldoko menambahkan, pesawat angkut perlu untuk dilakukan penambahan. Di dalam Perencanaan Stragis disebutka harus mampu dua troble spot sekaligus. Dengan begitu, lanjutnya, minimal TNI harus memiliki 24 pesawat Hercules long body. Saat ini, TN baru memiliki 24 Hercules long body, enam sedang diperbaiki.
"Apalagi yang kita hadapi sekarang ini yang tahun buatannya saya tahun 80'. Ada buatan 78' dan ada buatan tahun 60," katanya.
Sebelumnya, pesawat Hercules C-130 milil TNI AU jatuh di Medan, Sumatera Utara. Akibatnya seluruh penumpang yang mayoritas warga sipil tewas.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, kemarin mengataka telah memerintahkan kepada Panglima TNI dan Menteri Pertahanan aga melakukan evaluasi terhadap sistem pengadaan alutsista. Jokowi meminta agar dilakukan investigasi mendalam terkait jatuhnya Hercules.