REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mochammad Nurhasyim mengatakan kondisi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia, khususnya untuk mobilisasi pasukan sangat memprihatinkan.
"Bukan lagi mengkhawatirkan, tetapi memprihatinkan. Alutsista untuk mobilisasi kita seperti pesawat Hercules dan lain-lain, hanya 30 persen yang bisa berfungsi. Itu pun sudah kedaluwarsa," katanya di Jakarta, Selasa (30/6).
Ia mengatakan modernisasi alutsista mendesak untuk dipercepat. Apalagi, program modernisasi alutsista TNI sudah berjalan selama lebih dari 10 tahun sejak 2004.
Nurhasyim menyatakan terdapat beberapa hambatan yang memperlambat modernisasi alutsista TNI. Beberapa diantaranya adalah keterbatasan anggaran dan kebijakan yang berbeda antar rezim.
"Modernisasi alutsista memerlukan dana dan anggaran yang sangat besar. Permasalahannya, dalam setiap APBN kita, anggaran untuk TNI selalu berada di urutan keempat atau kelima. Itu pun harus dibagi Kementerian Pertahanan dengan tiga angkatan," jelasnya.
Terkait perbedaan kebijakan antar rezim, Nurhasyim mengatakan pada dasarnya setiap presiden yang menjabat telah memiliki keinginan untuk melakukan modernisasi TNI hanya saja modernisasi memang perlu dilakukan secara bertahap.
"Sebagian alutsista seperti untuk pesawat tempur memang sudah diperbaiki dan dimodifikasi sehingga lebih modern. Namun, alutsista untuk mobilisasi yang masih memprihatinkan," ujarnya.
Pesawat Hercules dengan nomor ekor A-1310 jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan, dekat Lanud Soewondo eks Bandara Polonia Medan pada Selasa sekitar pukul 11.00 WIB.
Pesawat tersebut jatuh di sebuah kompleks perumahan yang sedang dalam pembangunan di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan.
Kejadian tersebut menyebabkan sebagian rumah yang sedang dibangun di wilayah tersebut terbakar. Belum diketahui apakah ada korban tewas dalam kejadian tersebut. Sejumlah prajurit TNI dilaporkan sedang melakukan evakuasi.