Selasa 30 Jun 2015 13:30 WIB

Sutiyoso: Ancaman Separatisme Harus Diwaspadai

Calon Kepala Badan Intelejen Nasionan, Letjen TNI Purnawirawan Sutiyoso (kiri) berbincang bersama Ketua Komisi I Mahfud Sidik (kanan) sebelum menjalani uji kelayakan dan kepatutan Kepala BIN di Ruang Rapat Komisi I DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Calon Kepala Badan Intelejen Nasionan, Letjen TNI Purnawirawan Sutiyoso (kiri) berbincang bersama Ketua Komisi I Mahfud Sidik (kanan) sebelum menjalani uji kelayakan dan kepatutan Kepala BIN di Ruang Rapat Komisi I DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso mengatakan ancam separatisme di beberapa wilayah di Indonesia tetap harus di waspadai dan provokasi separatisme harus dicegah sedini mungkin.

"Ancaman terorisme dan ekstrimisme terus ada dan semakin dinamis. Dan munculnya seruan dari organisasi teror untuk melakukan terorisme di negara masing-masing harus diwaspadai," katanya.

Hal itu dikatakan Sutiyoso dalam pemaparan visi dan misinya sebagai calon Kepala BIN, dihadapan Pimpinan dan anggota Komisi I DPR RI, Selasa (30/6).

Dia mengatakan ancaman juga timbul dari infiltrasi agen asing terkait separatisme, keuangan dan telekomunikasi.

"Ancaman kejahatan terorganisir seperti narkoba dan kejahatan keuangan, perdagangan manusia, imigran gelap, pembalakan liar dan penjarahan kekayaan laut semakin membahayakan kepentingan nasional," ujarnya.

Sutiyoso juga memaparkan ancaman perbatasan yang muncul di darat dan laut seperti di wilayah Timor Leste, Papua, dan Kalimantan yang mengancam kedaulatan nasional.

Menurut dia pelanggaran kedaulatan di beberapa pulau perlu diberi respon cepat, tepat dan efektif.

"Ancaman perbatasan muncul di darat (Timor Leste, Papua, dan Kalimantan) maupun di laut karena peningkatan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan," katanya.

Dia juga menyoroti tertinggalnya pembangunan di daerah perbatasan dan pulau terdepan yang dapat berpengaruh terhadap integritas teritorial Indonesia.

Selain itu, menurut dia, kondisi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI dirasakan belum memadai untuk memaksimalkan kesiapsiagaan.

"Di bidang sosial budaya, sentimen SARA masih menjadi ancaman di berbagai daerah dan berpotensi menyulut kerusuhan," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement