REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Banyaknya pohon yang ditebang untuk diambil kayunya membuat kawasan hutan di Sulsel mulai kekurangan pohon teduh. Melihat hal ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov sulsel) berencana untuk menanam 10 juta rumpun bambu.
Anggota Tim Ahli Bidang Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel Sampe Pabonang mengatakan, penanaman bambu ini diharap bisa menjadi substansi kayu yang selama ini digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan.
Selain itu bambu diangap mampu memperbaiki lingkungan daam mencegah banjir, erosi dan mendukung penyediaan bahan baku. Bahkan bambu juga bisa dijadikan makanan yang disebut rebung bambu. Beberapa daerah seperti kabupaten Luwu dan Toraja saat ini menjadi pusat pengembangan rumpun bambu
"Rumpun bambu ini juga bisa dijadikan sebuah pariwisata sehingga nantinya akan membuka kesempatan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi," ujar Sampe, Kamis (25/6).
Menurut Sampe, 10 juta bambu ini akan ditempatkan di daerah sungai, sumber mata air besar, tempat rawan bencana, irigasi dan kawasan hutan yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat.
Waktu untuk penanaman ini diprediksi akan memawakan waktu sampai tiga tahun ke depan, dengan bebrabgai jenis bambu yang ada di Indonesia maupun luar negeri.
Gubernur Sulsel Syahrul Limpo pun menanggapi positif keinginan tersebut. Menurut dia, konsep ini sama dengan negara Jepang yang telah lama mengembangkan bambu sebagai bahan bangunan penahan gempa karena elastisitasnya bahan tersebut.
Syahrul juga menilai bahwa rumpun bambu ini harus diarahan ke dunia industri, sehingga bisa dipanen dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat. "Jadi bukan hanya penghijauan dan reboisasi, tapi manfaat lain dari bambu harus dimaksimalkan," kata Syahrul.
Dia juga meminta agar program rumpun bambu ini bisa dipercepat menjadi dua tahun. Untuk itu Pemprov Sulsel akan segera melakukan koordinasi untuk pendanaan program ini agar bisa segera berjalan.