REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Siti Sapurah mengatakan Engeline menerima sejumlah kekerasan fisik dan verbal oleh ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe. Hal ini terungkap berdasarkan keterangan tiga orang saksi yang pernah tinggal di rumah Margriet.
“Menurut penuturan ketiga saksi yang kami damping, Engeline pernah dijambak, diseret dan dipukul oleh ibu angkatnya. Bahkan, Engeline pernah dipukul menggunakan bambu sepanjang sekitar satu meter di bagian kaki hingga kepala,” ujar Siti saat dihubungi ROL, Kamis (25/6).
Engeline, katanya, juga dipekerjakan seperti orang dewasa. Ia harus memberi makan ayam peliharaan Margriet dan membersihkan rumah. Pola makan Engeline juga diketahui tidak sehat untuk anak seusianya. Para saksi menuturkan, Engeline tidak pernah mendapatkan makanan yang layak dan cukup.
Siti melanjutkan, gadis delapan tahun itu juga sering dimarahi dan menerima kata-kata makian dari Margriet. Sang ibu angkat dituturkan sering menekan Engeline untuk bekerja.
“Aku yang memberimu makan. Aku yang beri kamu hidup. Kamu harus kerja! kerja! kerja!. Itu yang sering dituturkan Margriet kepada Engeline,” tutur Siti.
Ketiga orang yang saksi yang dimaksud Siti adalah Frangky A Maringka, Yuliet Christine dan Lorraine I Soriton. Frangky merupakan mantan pembantu Margriet. Ketiga saksi itu pernah tinggal di rumah Margriet sejak November 2014 hingga Maret 2015.