Selasa 23 Jun 2015 14:24 WIB

Kapal AS Selesaikan Ekspedisi Megatera di Mentawai

The map of Mentawai
Foto: mentawaiadventure.com
The map of Mentawai

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kapal riset milik Schmidt Ocean Institute dari Amerika Serikat dengan merek dinding Falkor selesai melakukan penelitian kelautan di daerah risiko seismik tinggi di perairan laut Mentawai, Sumatra Barat.

"Tim peneliti berhasil melakukan pemetaan dengan resolusi tinggi dasar samudra di mana lempeng tektonik bertemu satu-sama lain," kata Kepala Ekspedisi Prof Satish Singh di Padang, Selasa (23/6).

Ia menyampaikan hal itu saat kapal berlabuh di Pelabuhan Teluk Bayur Padang setelah 32 hari berlayar melakukan ekspedisi penelitian yang disebut Mentawai Gap-Tsunami Earthquake Risk Assesmen (Mega-Tera).

Ekspedisi tersebut diikuti 10 peneliti dari Earth Observatory Singpore Nangyang Technological University (EOS-NTU), Institut de Physque du Globe de Paris (IPGP) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Ia menjelaskan selama melakukan penelitian pihaknya mempelajari

risiko terjadi tsunami akibat gempa di kawasan Pantai Barat Sumatera dan mencari hubungan antara gempa bumi dan timbulnya tsunami.

Ada dua lokasi yang diteliti yaitu Cekungan Wharton dimana pernah terjadi dua gempa besar pada 2012 dan kawasan sebelah barat Pulau Siberut yang dikenal dengan Mentawai Gap, ujar dia yang merupakan peneliti geofisika kelautan darI IPGP.

Ia memaparkan Mentawai Gap adalah daerah geologi aktif zona subduksi Sumatera-Andaman yang belum pernah mengalami gempa besar dalam 200 tahun terakhir. "Tim peneliti berhasil melakukan pengambilan data seismik resolusi tinggi dan data paras dasar laut di dua lokasi itu," lanjut dia.

Satihs mengatakan pihaknya banyak menemukan patahan aktif di Cekungan Wharton dan di kawasan Mentawai Gap juga terdapat patahan aktif di dekat palung.

"Hasil temuan ekspedisi ini akan memberi pemahaman yang lebih baik kepada peneliti untuk mengetahui penyebab alamiah tsunami sehingga dapat menentukan langkah yang tepat dalam mitigasi bencana," ujar dia.

Akan tetapi ia menegaskan hingga saat ini tidak ada yang dapat memastikan kapan tsunami akan terjadi karena tidak dapat diketahui.

Sementara peneliti LIPI Adam Budi Nugroho menjelaskan dalam melakukan penelitian tim menggunakan menggunakan alat yang disebut Bathymetry dan Seismic reflection

Ia menjelaskan Bathymetry menggunakan gelombang suara untuk memotret topografi dasar laut dan Seismic Reflection merupakan air gun ditembakan ke dasar laut untuk melihat struktur sedimen laut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement