Senin 22 Jun 2015 10:57 WIB

Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Didominasi Orang Tua dan Guru

Satgas Perlindungan Anak menggelar doa bersama dan aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan yang ditemukan tewas terbunuh dan dikubur di halaman belakang rumahnya, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Satgas Perlindungan Anak menggelar doa bersama dan aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan yang ditemukan tewas terbunuh dan dikubur di halaman belakang rumahnya, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua dan guru yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak, justru menjadi pelaku dalam berbagai kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Hasil kajian media yang dilakukan Indonesia Indicator (I2) dari 343 media online di seluruh Indonesia, baik nasional maupun lokal pada periode 1 Januari 2012 hingga 19 Juni 2015, menunjukkan fakta tersebut.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengungkapkan, media memotret bahwa para pelaku kekerasan terhadap anak justru adalah orang-orang yang dekat dengan korban, yang seharusnya menjadi pelindung. “Pelaku kekerasan terhadap anak didominasi oleh orang tua dan guru,” tutur Rustika dalam siaran persnya memaparkan hasil kajian media yang bertajuk Anak-Anak dalam “Laut Hitam” Kekerasan, Senin (22/6).

"Selama periode 2012 sampai dengan Juni 2015, pemberitaan soal kekerasan oleh orang tua kepada anak lebih tinggi daripada kekerasan yang dilakukan oleh guru," cetusnya.

Menurut dia, pada 2015, pemberitaan kekerasan anak yang dilakukan orang tua mencapai 3.235 dan kekerasan oleh guru sebanyak 709. Pada 2014, kekerasan yang dilakukan orang tua mencapai 4.308 dan guru 2.312. Hal yang sama juga terjadi pada 2012 dan 2013.

Sementara itu, ada keterkaitan antara pelaku dan penyebab kekerasan pada anak yang terekspos media. Penyebab kekerasan terhadap anak berasal dari faktor eksternal atau sosial yaitu kemiskinan (223 berita), masalah keluarga, masalah sosial (80 berita), gangguan jiwa pelaku kekerasan (105 berita), dan rendahnya pengetahuan pelaku kekerasan akan efek tindakannya.

"Tampak dalam pemberitaan media sepanjang tahun 2013 sampai semester awal 2015, bahwa kemiskinan atau tekanan ekonomi merupakan faktor utama penyebab kekerasan pada anak," kata dia.

Dengan hasil analisis ini, Rustika turut berharap agar perkembangan situasi perekonomian yang masih belum stabil di tahun ini, orangtua selalu mengingat agar anak tidak lagi menjadi korban kekerasan akibat faktor di luar dirinya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement