REPUBLIKA.CO.ID, CIPETE -- Mates (42) warga RT 04 RW 10, Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mengaku membangun tembok sebagai bentuk perlindungan atas batas wilayah tanahnya. Ia mengaku selama ini urusannya terkait jual beli tanah kepada Ichsan Thalib belum selesai sebab Sanwani tak kunjung mau diatur.
Tembok berbahan dasar cor pasir tersebut tertata rapih membatasi komplek kontrakan Mates. Semula, tembok berjeruji kaca tersebut tak niat ia bangun. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk membangun tembok jeruji kaca tersebut sebab Sanwani tak kunjung sepakat terkait jual beli tanah.
Sakit hati Mates bermula ketika tahun 2013 ia berniat untuk menjual sebagian tanahnya seluas 240 meter ke pengembang PT. FIM pimpinan Ichsan Thalib. Namun, proses jual beli tersebut tertahan sebab, 40 meter tanah bagian Mates sudah lebih dulu dibeli oleh Sanwani sebelumnya.
Kesepakatan jual beli tanah eceran tersebut mulanya tak ada masalah. Sebab, diawal perjanjian antara Sanwani dan Mates, jika Mates hendak menjual tanah seluas 240 meter berbentuk persegi tersebut Sanwani juga turut serta menjual 40 meter bagiannya.
Tapi kesepakatan itu berubah, Mates mengaku saat terjadi lobi harga antara Ichsan dan Mates, Sanwani bersikukuh untuk tidak menjual 40 meter bagian tanahnya kepada Ichsan. Kontan saja, hal tersebutlah yang membuat hubungan Mates dan Sanwani memburuk.
"Lagian tembok yang saya bangun itu bukan jalan umum. Itu tanah saya, suka suka saya dong mau tutup atau enggak. Dia aja bisa nyakitin saya, ya saya juga bisa tutup jalan dia," ujar Mates kepada Republika di Cipete, Jakarta Selatan, Kamis (18/6).
Tembok berjeruji kaca itulah yang saat ini menyulut emosi Jamaah dan Sanwani selaku pengurus masjid Al Futuwwah. Sebab bangunan tembok tersebut, Jamaah jadi kesulitan mengakses masjid.
Tak ada niat dari Mates untuk menghalangi orang beribadah. Pria bertubuh tambun ini mengatakan ia tak pernah mau menutup jalan orang beribadah. Hanya saja, ia hendak memberikan tawaran bagi Sanwani terkait persoalan pribadinya selama ini yang tak kunjung selesai.
Mates semula memang hanya membuat tembok setinggi dua meter tanpa ada jeruji kaca. Karena anak anak kerap melompat tembok tersebut, khawatir terjatuh Mates sengaja menambahi tembok dengan jeruji kaca.
Tembok sepanjang tak lebih dari dua metee tersebut memang menutup jalan akses masuk ke Masjid dari arah Jl. H. Tholib yang masuk dari arah kali krukut, tepatnya gang masuk dari arah Jl. Antasari, Jakarta Selatan.
"Saya gak ngerti kenapa Sanwani marah sama saya tapi bawa bawa kepentingan Jamaah masjid. Jelas, ini karena dia ngambek sama saya saja karena jalan saya tutup," ujar Mates.
Posisi Rumah Sanwani dan Mates tak lebih dari dua puluh meter. Rumah Mates dan Sanwani berdampingan dalam satu ruas petak tanah. Rumah keduanya hanya dibatasi dengan jalan setapak yang hanya bisa dilewati satu motor.
Sanwani memang bukan warga asli. Sanwani merupakan warga seberang jalan Antasari tepatnya di seberang gang rumah Sanwani dan Mates saat ini. Tradisi masyarakat Betawi yang menjual tanah secara eceran meter per meter membuat Sanwani membeli tanah wilayah Mates.
"Tembok itu saya yang bangun. Bukan pengembang. Ini sebenarnya urusan saya dan Sanwani. Saat buat temboknya Sanwani juga tahu kok. Liat, depan mata dia. Tapi tidak ada omongan apa apa," ujar Mates.
Tembok bangunan Mates berada di sisi kiri Masjid. Jika tak ada tembok tersebut memang, jalan menuju akses masjid dari perumahan warga lebih mudah ketimbang harus memutar arah lewat Jl. H. Tholib.
Tembok bangunan Mates berada di sisi belakang tembok setinggi tiga meter bangunan Ichsan Thalib. Tembok yang selama ini digunjingkan oleh Sanwani dan Jamaah karena menghalangi akses jamaah merupakan bangunan yang Mates buat sendiri.
Mates mengatakan, jika yang dipermasalahkan oleh Sanwani tembok besar setinggi tiga meter bangunan dari pengembang milik Ichsan Thalib itu sudah selesai dibahas di Kantor Walikota Jakarta Selatan pada 2014 silam.
"Kan sudah ada jalan juga tuh, 1,5 meter dari depan. Ya itu udah kesepakatan. Dia juga katanya gak butuh jalan ini kok," ujar Mates membahas soal perkara akses jalan menuju Masjid.
Mates mengaku selama ini hidupnya selalu berdampingan dengan Sanwani. Karena sejak muda, mereka juga kawan akrab yang tidak pernah timbul masalah perselisihan.
Ia hanya menyayangkan sikap Sanwani yang enggan membicarakan perkara tanah yang hendak ia jual ke pengembang. Mates mengatakan, persoalan tembok bisa saja selesai jika kedua belah pihak sepakat untuk duduk bersama.